Keesokan harinya, Ryantori sudah tidak bisa bicara. Lalu dibawa ke rumah sakit Adi Husada Surabaya –yang memang tidak jauh dari rumahnya.
Alumnus fakultas teknik sipil ITS Surabaya itu, Ryantori, meninggal dunia.
Saya masih wartawan muda ketika Ryantori-muda menemukan konstruksi sarang laba-laba. Umurnya hanya satu tahun di atas saya. Saya mewawancarainya. Yakni untuk melengkapi wawancara sebelumnya oleh teman saya sesama wartawan TEMPO. Tulisan kami tentang Ryantori itu pun dimuat di majalah TEMPO.
Itulah sistem konstruksi yang tidak memerlukan tiang pancang. Bisa menghemat biaya. Juga lebih tahan gempa. Cocok untuk wilayah seperti Indonesia.
Waktu itu dua insinyur muda lagi bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Perusahaan itu mendapat proyek membangun gedung di daerah Tanjung Perak. Tanahnya sangat lembek. Kalau pakai tiang pancang biayanya sangat mahal.
Dua insinyur itu mendiskusikannya: Ir Ryantori dan Ir Soetjipto. Sama-sama lulusan teknik sipil ITS. Soetjipto lantas dikenal sebagai aktivis andal PDI Perjuangan. Ia menjadi Ketua DPD PDI Jatim. Lalu jadi anggota DPR. Jadi Sekjen DPP-PDI Perjuangan. Ia sangat fanatik pada Bu Mega.