Budhy Fantigo menepis anggapan bahwa aktivitas ekspor benur lobster akan membuat benur lobster menjadi punah. Sebab, kebutuhan Vietnam atau negara lain secara keseluruhan masih di bawah 100 juta ekor per tahun. Dengan kata lain, masih jauh jika dibandingkan ketersediaan benur lobster di alam Indonesia yang jumlahnya mencapai 12,3 miliar ekor.
“Dengan ekspor benur akan menghasilkan devisa triliunan rupiah per tahun. Jika tidak ekspor, benur hanya akan mati sia-sia di alam atau jadi santapan predator,” ujar Sekjen Abilindo itu.
Budhy Fantigo menambahkan, buntut pelarangan ekspor benur lobster malah membuat maraknya aktivitas penyeludupan karena pelarangan tersebut berbenturan dengan permintaan yang ada.
“Dan penyeludupan hanya menguntungkan segelintir orang dan oknum aparat yang membantu melancarkan penyeludupan tersebut,” ujarnya.
Selain itu, Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 Fahri Hamzah juga turut mengapresiasi kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo yang kembali membuka keran ekspor bibit lobster.
Hal itu terucap melalui akun sosial medianya bahwa lobster merupakan bisnis nelayan miskin. Sehingga, tidak sepatutnya dilarang.