Indo Barometer : Dinasti Politik Diterima, Tapi Belum Tentu Dipilih

0
37
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari.

JAKARTA-RADAR BOGOR, Lembaga survei Indo Barometer mengeluarkan rilis survei di tiga kota yakni Surakarta, Medan, dan Tangerang Selatan secara terpisah. Periode survei ketiga kota itu berbeda-beda. Tujuannya untuk memotret peta politik dinasti politik pilkada 2020.

Untuk Surakarta, survei digelar pada 20-25 November 2020, Kota Medan 20-24 November 2020, dan kota Tangerang Selatan pada 20-25 November 2020.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara tatap muka responden dengan menggunakan kuesioner. Jumlah responden tiap kota 400 responden dengan margin of error +/- 4,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen metode penarikan sampel yang digunakan adalah multistage random sampling.

Sebagaimana diketahui, Pilkada Kota Surakarta diikuti Gibran Rakabuming Raka selaku anak Presiden Joko Widodo. Di Kota Medan terdapat Bobby Afif Nasution yang merupakan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sementara di Tangerang Selatan, ada “paket komplit” yang meramaikan pertarungan pilkada, ada Siti Nur Azizah anak Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Rahayu Saraswati keponakan Prabowo Subianto, dan Pilar Saga Ikhsan anak Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah yang juga masih termasuk keponakan Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.

Meskipun dinasti politik menuai pro dan kontra, namun dalam survei disebutkan mayoritas masyarakat menerima politik dinasti sebagai sebuah kewajaran dengan alasan tertinggi merupakan hak setiap warga negara.

“Di Solo dari 98,9 persen yang tahu Gibran anak Jokowi maju Calon Walikota Solo, sebanyak 87,6 persen menyatakan dapat menerima dan 4,8 persen tidak dapat menerima,” ujar Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari pada saat rilis survei, Senin (7/12).

Sama dengan Surakarta, Qodari mengatakan bahwa di Pilkada Kota Medan dari 95,5 persen yang mengetahui Bobby Nasution menantu Joko Widodo maju calon Walikota Medan, sebanyak 79,3 peresn dapat menerima pencalonannya. Dan yang tidak merima hanya 2,9 persen.

“Alasan 4 terbesar karena setiap WNI punya hak yang sama 26,1 persen, ingin ada perubahan 8,9 persen, pintar atau intelektual 8,6 persen dan putra daerah 8,3 persen,” ungkapnya.

Begitupun, lanjutnya, dengan yang terjadi di Kota Tangerang Selatan, dari yang mengetahui majunya Siti Nur Azizah, Rahayu Saraswati dan Pilar Saga Ikhsan maju dalam kontestasi pilkada, sebagian besar masyarakat menjawab dapat menerima.

Namun, ada perbedaan dinamika diantara 3 kota tersebut, melihat dari elektabilitas dari para calon kepada daerah itu,  kata Qodari, jika di Surakarta, Gibran diprediksi menang mudah, di Medan, Bobby Nasution juga berpeluang menang, namun dengan catatan harus kerja keras.

“Sebaliknya di Tangerang Selatan, yang berpeluang besar menang justru dinasti lokal yang bisa mampu menumbangkan dinasti nasional yang diwakili oleh pasangan calon Benyamin Davnie – Pilar Saga Ikhsan,” ungkapnya.

Lebih lanjut Qodari mengatakan, jika temua survei ini bertahan sampai dengan pelaksanaan Pilkada, maka dapat dikatakan bahwa menjadi bagian dari dinasti politik belum menjamin kemenangan karena dalam suatu pemilihan langsung yang menjadi penentu adalah masyarakat itu sendiri.

“Diperlukan suatu ikhtiar agar masyarakat mengenal dan yakin dengan kualitas kepribadian dan kemampuan seorang calon. Gagal membangun tingkat pengenalan dan persepsi kualitas yang baik akan berujung pada kegagalan politik,” tuntasnya.

Untuk diketahui, survei dilaksanakan di 3 kota yakni Surakarta, Medan, dan Tangerang Selatan secara terpisah. periode survei untuk Kota Surakarta 20-25 November 2020, Kota Medan 20-24 November 2020, dan Kota Tangerang Selatan 20-25 November 2020. (jpg)