JAKARTA-RADAR BOGOR, Presiden Direktur JNE Mohammad Feriadi menduga ada bau persaingan dalam kasus yang dialami pihaknya. Pasalnya, hashtag BoikotJNE di Twitter muncul sebelum Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yakni pada 11 Desember 2020. Harbolnas sendiri pada 12 Desember 2020.
Kasus yang dialami JNE tersebut juga mengambil waktu yang pas, sebab kondisi politik di Indonesia juga tengah memanas. Dikabarkan bahwa JNE berafiliasi dengan organisasi masyarakat (ormas) tertentu.
“Kami melihat isu ini memanfaatkan momen isu politik sedang mamanas, di Desember ini ada satu tanggal, yaitu 12/12 perusahaan logistik pasti akan menunggu tanggal tersebut, karena pada tanggal tersebut terjadi Harbolnas dan banyak bisnis online itu melakukan promo-promo. Kami menduga ini semua dikaitkan karena adanya persaingan usaha,” ungkapnya dalam telekonferensi pers di Jetski Cafe, Jakarta Utara, Rabu (16/12).
Meski berembus isu miring yang menyerang perusahaan, Feriadi mengatakan hal tersebut tidak terlalu berpengaruh pada kinerja jasa pengiriman JNE. Bahkan, pengiriman paket pada Harbolnas kemarin meningkat 15 persen.
“Tidak ada sama sekali. Pertumbuhan 10 sampai 15 persen dibandingkan bulan lalu, November,” jelasnya.
Saat ini, pihaknya belum mengetahui siapa yang menggiring opini publik. Namun, yang pasti dugaan terebut mengarah ke jalur persaingan bisnis.
“Kita tidak tahu musuhnya. Kami melihatnya indikasi itu ke arah sana,” ucapnya.
Pengacara kondang Hotman Paris sebagai kuasa hukum JNE mengaku siap untuk membawa kasus pencemaran nama baik ini ke ranah pidana. Hal ini dilakukan apabila masih ada pihak yang kembali menebar berita bohong soal kliennya.
“Masih ada nggak yang kurang ajar atau ada nanti kita pidanakan, mungkin bisa saja belum mengerti dan paham. Jadi tolong jangan diulangi lagi, itu ancaman serius dan bisa ditahan,” tutur Hotman. (jawapos)