JAKARTA-RADAR BOGOR, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyambut baik terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru.
AHY menilai, Biden membawa harapan dan perubahan baru di peta politik internal AS. Hal itu menurutnya berdampak signifikan terhadap arah geo-ekonomi, geo-politik dan stabilitas keamanan internasional.
“Apa yang terjadi di AS hampir pasti akan memengaruhi dunia, termasuk Indonesia,” kata AHY dalam sambutan pembukaan Webinar Nasional ‘Pengaruh Global Kemenangan Joe Biden, khususnya Bagi Indonesia di Tengah Pandemi yang Belum Mereda’ yang diselenggarakan DPP Partai Demokrat, Jumat (18/12).
Selain menyoroti gaya kepemimpinan Presiden Donald Trump yang tidak mudah diterka (erratic), AHY juga mencermati dinamika demokrasi internal dan perubahan arah politik luar negeri AS dibawah kepemimpinan Presiden Trump yang kurang sejalan dengan karakter AS selama ini.
Setiap negara ingin mengutamakan kepentingannya. Tapi langkah Trump sering mengejutkan, misalnya AS mundur dari Paris Agreement dan Trans Pacific Partnership (TPP).
“Demikian pula dengan pendekatan perang dagang dengan Tiongkok. Model pendekatan seperti ini sering dianggap langkah mundur AS sebagai global leader,” ujar AHY.
Ke depan, AHY berharap Presiden Biden bisa ikut mendorong dunia untuk mengatasi pandemi Covid-19 dan memulihkan kembali perekonomian AS dan masyarakat internasional.
Kehadiran Joe Biden sebagai pemimpin baru AS ini bisa membuka peluang baru bagi Indonesia, untuk kembali menjadi pemain kunci dalam agenda-agenda politik internasional. “Indonesia harus menjadi responsible global player, bukan hanya regional player di kawasan Asia Tenggara,” kata AHY.
Terkait dengan itu, AHY mengingatkan dalam periode 2004-2014 di bawah kepemimpinan Presiden SBY, Indonesia sudah menjalankan peran aktif sebagai pemain kunci dunia, dengan ikut mengadvokasi agenda-agenda sosial, ekonomi, politik dan keamanan global.
Karena itu, Indonesia perlu mendorong agar AS lebih memperhatikan isu-isu strategis seperti keamanan Laut China Selatan, HAM dan Demokrasi, relasi Islam dan Barat, perubahan iklim dan keamanan global. “Indonesia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali menjadi global player dunia,” katanya.
Terpisah, Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal, mengatakan AS menjadi super power dengan kemampuannya melakukan operasi militer di belahan dunia manapun, sanggup berperang sekaligus di tempat yang berbeda.
Dino memastikan, terpilihnya Biden akan menguntungkan Indonesia. Mantan Wakil
Menteri Luar Negeri RI ini mengingatkan bahwa Indonesia dan AS punya perjanjian strategis untuk kemitraan yang sejajar (equal partnership).
Tapi Dino mengingatkan bahwa pada masa-masa awal pemerintahannya Biden akan memprioritaskan penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi yang akan menyita waktu dan perhatiannya. Dino memperkirakan Biden akan kembali mengedepankan kepemimpinan AS di tingkat global, merangkul lagi sekutu-sekutu AS yang selama ini di-bully Presiden Trump, serta memprioritaskan demokrasi.
Biden akan membentuk Liga Demokrasi, kata Dino, dan akan mengajak Indonesia. Namun Dino mengingatkan agar Indonesia tetap berpegang pada prinsip politik luar negeri bebas aktif, sehingga tidak mudah terjebak di tengah kompetisi global yang multipolar.
“Hati-hati jika Democracy League ini akan digunakan untuk menghantam negara-negara lain yang tidak sepaham,” kata Dino.
Mantan Dubes RI untuk Amerika Serikat ini juga mengingatkan bahwa beberapa orang dekat Presiden-terpilih Biden memiliki hubungan baik dengan Indonesia, khususnya dengan mantan Presiden SBY.
Dino juga menyarankan Presiden Jokowi untuk menelepon Presiden Biden. Selain untuk mengucapkan selamat, Presiden juga harus memperjelas isu strategis apa yang perlu diperkuat dalam relasi Indonesia dan AS ke depan.
Pembicara lainnya, ahli pertahanan Dr. Connie Rahakundini Bakrie juga mendukung pernyataan AHY. Indonesia akan dianggap sebagai mitra strategis dalam menghadapi isu Laut Cina Selatan, kata Connie,
“Indonesia harus berani menentukan sikap jika ingin menjadi global player. Indonesia harus hati-hati karena Biden bisa mengambil sikap you’re with me or against me,” ujar Connie.
Sumber-sumber di Washington, kata Connie mengungkapkan, Indonesia dianggap belum mampu mengolah isu intelijen terkait keamanan laut terutama di Laut China Selatan, serta belum mampu menindak tegas pelanggaran kedaulatan. Connie menyarankan agar Indonesia mengubah doktrin pertahanan dari passive defence menjadi active defence.