Polri: JI Sudah Kaderisasi 91 Teroris Muda, 66 Orang Dikirim ke Suriah

0
35
Teroris
Densus 88 menggiring 23 terduga teroris dari Lampung di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (16/12). (Ryandi Zahdomo/JawaPos)
Teroris
Densus 88 menggiring 23 terduga teroris dari Lampung di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (16/12). (Ryandi Zahdomo/JawaPos)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Mabes Polri mengungkap jika jaringan Jamaah Islamiyah (JI) tidak main-main membangun kekuatan. Mereka diyakini melakukan pengkaderan terhadap teroris muda dengan sangat rapi agar siap tempur.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan, pihaknya mengidentifikasi ada 91 kader yang telah dilatih JI, 66 di antaranya sudah dikirim ke Suriah. Polri juga mengidentifikasi beberapa yang dikirim ke Suriah sudah kembali ke Indonesia.

”Mereka (JI) sudah menyiapkan kemampuan diri dengan pelatihan-pelatihan khusus guna mempersiapkan kekuatan melawan musuh yakni negara dan aparat. Sebagian besar dari mereka juga sudah berangkat ke Suriah bergabung dengan kelompok teror di sana dan berperan aktif dalam konflik di Suriah,” kata Argo, Sabtu (19/12/2020).

Argo menyampaikan, latihan tempur yang didapat dari Suriah sudah menjadi potensi ancaman nyata terhadap Indonesia. Para kader teroris itu dipersiapkan JI melalui bagian struktur khusus untuk membentuk kader jemaahnya.

Penanggung jawab atau amir Jamaah Islamiyah adalah Parawijayanto dan koordinator pelatihan adalah Joko Priyono alias Karso.

Mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya itu menuturkan, tumbuhnya radikalisme di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor.  Salah satunya adalah maraknya penyebaran berita bohong atau hoax.

”Dari dulu sampai sekarang radikalisasi terbentuk sebagai bagian dari respons atas ketidakadilan dan makin melebarnya kesenjangan sosial di masyarakat. Bahwa kemudian agama jadi satu alasan dalam mengekspresikan ketidakpuasan dan kebencian,” jelas Argo.

Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran paham dan ideologi radikalisme di kalangan anak muda, perlu dilibatkan seluruh stakeholder yang bersentuhan langsng dengan dunia pendidikan, sosial, keagamaan, komunikasi, dan keamanan di lingkungan masing-masing. ”Ya perlu peran serta semua stakeholder,” tegas Argo.

Selain itu, Densus 88 Anti Teror Polri juga terus melakukan pemantauan terhadap jaringan teroris di Indonesia. Mulai dari pengumpulan bahan informasi, pengolahan informasi, sampai dengan penegakan hukum. ”Spesifiknya, Densus 88 sudah melakukan penegakan hukum terhadap 20 peserta pelatihan JI,” ucap Argo.

Sebelumnya, Densus 88 Anti Teror Polri menangkap 23 teroris kelompok JI di Lampung. Dari seluruh yang ditangkap terdapat dua nama besar yaitu Taufik Bulaga alias Upik Lawanga dan Zulkarnaen.

Taufik Bulaga alias Upik Lawanga diketahui salah satu ahli perakitan bom dari kelompok JI. Dia merupakan perakit bom dengan daya ledak besar yang meledak di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada 2003. Polri telah menerbitkan DPO terhadap Upik Lawanga sejak 2006 silam.

Sedangkan Zulkarnaen adalah DPO kasus bom Bali I. Dia diketahui telah menjadi buronan aparat selama 18 tahun. Zulkarnaen merupakan salah satu orang penting dalam kelompok JI. Dia diketahui selama ini juga menyembunyikan terduga teroris Taufik Bulaga alias Upik Lawanga. (jpg)