Survei KPAI: 48 Ribu Peserta Didik Setuju Sekolah Tatap Muka

0
53
Ilustrasi sekolah tatap muka
Ilustrasi uji coba sekolah tatap muka. (Imam Husein/Jawa Pos)
UJI COBA: Sejumlah murid mengikuti simulasi kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah di SDN Karang Raharja 02, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (15/12/2020). Menurut keterangan Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, simulasi tersebut digelar untuk persiapan jelang KBM tatap muka pada Januari 2021. (Imam Husein/Jawa Pos)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan survei terkait dengan persepsi peserta didik tentang pembelajaran tatap muka (PTM) yang akan dilakukan pada Januari 2021. Adapun, responden yang mengikuti berjumlah 62.448 siswa dari 34 provinsi.

Survei singkat itu dibuat untuk mendengarkan suara anak-anak Indonesia. Aplikasi yang digunakan untuk survey itu adalah google form. Penyebaran kuisioner survei dilakukan melalui aplikasi WhatsApp dan Facecook (FB) dengan dibantu oleh penggiat pendidikan dan para guru dalam jaringan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).

Komisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti mengatakan, sebanyak 48.817 siswa atau 78,17 persen dari total responden menyatakan setuju untuk sekolah tatap muka. Sedangkan yang tidak setuju hanya 6.241 siswa atau sekitar 10 persen dari total responden. ’’Adapun yang menjawab ragu-ragu mencapai 10.078 siswa atau sekitar 16,13 persen dari total responden,’’ ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin (28/12).

Para responden yang setuju pembelajaran tatap muka dibuka pada Januari 2021, umumnya memberikan alasan sudah jenuh PJJ dan butuh variasi dengan pembelajaran tatap muka (PTM). Khususnya untuk praktikum dan membahas materi-materi yang sangat sulit yang tidak bisa diberikan melalui PJJ. ’’Hampir 56 persen responden yang setuju PTM menyatakan alasan ini, terutama siswa kelas 6 SD dan siswa kelas 9 SMP dan siswa kelas 12 SMA/SMK,’’ tambahnya.

Sementara itu responden yang tidak setuju PTM di buka pada Januari 2021, umumnya khawatir akan tertular Covid-19 karena kasusnya masih tinggi di daerahnya. Alasan ini mencapai 45 persen responden dari mereka yang menolak sekolah dibuka.

’’Ada juga yang menyatakan meragukan kesiapan sekolahnya dalam menyediakan infrastruktur dan protokol kesehatan/SOP adapatasi kebiasaan baru (AKB) di sekolah. Yang menyatakan alasan ini mencapai 40 persen responden,’’ ujar dia.

Sebagai informasi, survei dilaksanakan pada 11–18 Desember 2020 dengan jumlah reponden atau partisipan peserta didik mencapai 62.448 siswa. Responden anak laki-laki mencapai 55 persen dan responden anak perempuan 45 persen.

Adapun jenjang pendidikan yang berpartisipasi, yang terbesar adalah pendidikan dasar, yaitu siswa SD mencapai 28.164 anak (45 persen) dan siswa SMP sejumlah 28.132 anak (46 persen). Lalu, siswa SMA yang berpartisipasi 3.707 orang (5,6 persen), siswa SMK berjumlah 4.184 orang (6,7 persen). Sedangkan siswa SLB yang mengikuti survei sebanyak 49 anak (0,08 persen). Sisanya 900 anak berasal dari Madrasah (1,44 persen). (jawapos)