Ratusan Kendaraan Tertahan Enam Jam di Jalan Padang-Solok

0
56
Warga mengarahkan pengendara yang hendak balik arah ke Padang setelah tertahan di Panorama II Sitinjau Laut pada Senin malam (6/1/2020). Foto: Antara/Ikhwan Wahyudi
Warga mengarahkan pengendara yang hendak balik arah ke Padang setelah tertahan di Panorama II Sitinjau Laut pada Senin malam (6/1/2020). Foto: Antara/Ikhwan Wahyudi
Warga mengarahkan pengendara yang hendak balik arah ke Padang setelah tertahan di Panorama II Sitinjau Laut pada Senin malam (6/1/2020). Foto: Antara/Ikhwan Wahyudi
Warga mengarahkan pengendara yang hendak balik arah ke Padang setelah tertahan di Panorama II Sitinjau Laut pada Senin malam (6/1/2020). Foto: Antara/Ikhwan Wahyudi

JAKARTA-RADAR BOGOR, Kecelakaan yang menimpa truk tangki pengangkut bahan bakar minyak di Panorama II Sitinjau Laut Padang menyebabkan ratusan kendaraan tertahan di jalur Padang-Solok hingga enam jam lebih.

Berdasarkan pantauan pada Senin malam hingga pukul 23.00 WIB ratusan kendaraan berbagai jenis yang hendak menuju Solok tertahan sepanjang 15 kilometer mulai dari Indarung hingga ke Panorama II Sitinjau Laut.

Salah seorang pengemudi truk Yanto (46) yang dijumpai di Panorama I Sitinjau Laut mengaku sudah tertahan sejak pukul 16.30 WIB.

“Saya mau ke Jakarta berangkat tadi sore, namun sampai sekarang tertahan tidak bisa bergerak sama sekali,” kata dia.

Pengendara lainnya Indra (32) yang hendak ke Jambi juga tak bergerak dan tertahan di depan Taman Hutan Raya Bung Hatta.

Ratusan pengendara yang tertahan tersebut sebagian ada yang memilih tidur di kendaraan, namun ada pula yang ngobrol di tengah kegelapan karena memang jalur Sitinjau Laut belum semuanya dilengkapi penerangan.

Sementara pengendara yang mulai kelaparan mendatangi sejumlah kedai yang ada di kawasan itu untuk mengisi perut.

Kesempatan ini juga dimanfaatkan pedagang makanan dan minuman dengan menawarkan jualan mondar mandir dengan sepeda motor.

Namun ada juga pengendara yang memilih balik arah ke Kota Padang karena terlalu lama menunggu.

Sementara di Panorama II Sitinjau Laut hingga pukul 23.00 WIB masih berlangsung evakuasi truk yang terguling oleh aparat kepolisian dibantu BPBD dan tim rescue PT Semen Padang.

Truk yang terguling di tikungan tersebut dicoba tarik ke pinggir jalan agar kendaraan lain bisa lewat.

Satu truk tangki bermuatan bahan bakar minyak (BBM) mengalami kecelakaan di kawasan panorama II Sitinjau Laut pada Senin sore.

“Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIB, tidak ada korban jiwa,” kata Kepala Unit Laka Lantas Polresta Padang Iptu Efriadi.

Kecelakaan tersebut menghambat akses lalu lintas Padang – Solok.

Usai terguling, muatan BBM premium yang diangkut oleh mobil berkapasitas angkut 16 ribu liter tumpah ke badan jalan.

Mobil nahas dengan nomor polisi BA 8146 QU itu dikemudikan oleh Rahmad Diyanto, dan satu penumpang bernama Husen (27).

Kronologis kejadian berawal ketika mobil datang dari arah Panorama I menuju panorama II kawasan Sitinjau Laut.

Namun ketika sampai di lokasi kejadian, mobil hilang kendali dan terguling.

Sebelum terguling mobil sempat menabrak tebing yang ada di pinggir jalan kawasan Sitinjau Laut.

Sudah menjadi rahasia umum di kalangan pengemudi khususnya para sopir truk dan bus jalur Sitinjau Laut yang merupakan jalan nasional menghubungkan Kota Padang, Sumatera Barat dengan Kabupaten Solok dikenal sebagai momok yang menakutkan.

Tanjakan yang ekstrem, turunan tajam, tikungan maut, jurang yang menganga di sisi jalan hingga ancaman longsor dari perbukitan sepanjang 15 kilometer menjadi tantangan yang harus ditaklukan para pria sejati pemegang kemudi.

Kendati jalannya cukup lebar mencapai sekitar delapan meter, akan tetapi bagi yang tak biasa melewati bisa-bisa kendaraan kehabisan nafas atau mati mesin di tengah tanjakan.

Pakar transportasi publik Universitas Andalas (Unand) Padang Yosyafra,Phd menilai pembangunan jembatan di Panorama I dan II di kawasan Sitinjau Laut yang merupakan salah satu jalan nasional merupakan solusi mengatasi beratnya jalur tersebut.

“Jalur Sitinjau Laut masuk salah satu yang terberat di Indonesia, tidak semua sopir kendaraan besar bisa melewatinya, apalagi derajat kemiringan lebih dari delapan persen sehingga salah satu solusi adalah membangun jembatan di Panorama I dan II,” kata dia. (jpnn)