Di Depan Prabowo, Jokowi Ingatkan Kedaulatan NKRI Harga Mati

0
75
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Pertahanan (Kemenhan) tahun anggaran 2020. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Pertahanan (Kemenhan) tahun anggaran 2020. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Rapat Pimpinan (Rapim) Kementerian Pertahanan (Kemenhan) tahun anggaran 2020. Dalam arahannya, di depan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan hadirin lainnya, Jokowi menyampaikan kedaulatan negara sebagai poin utama.

Jokowi mengatakan, kedaulatan negara merupakan hal terpenting dalam pertahanan negara. Oleh karena itu, kedaulatan negara adalah mutlak harus dipertahankan oleh seluruh komponen bangsa.

“Sudah berkali-kali saya sampaikan, saya tegaskan bahwa kedaulatan itu harga mati, kedaulatan itu tidak bisa dinegosiasikan, tidak ada tawar-menawar,” kata Jokowi di Kemenhan, Jakarta, Kamis (23/1).

Jokowi menyampaikan, hadirnya jajaran TNI dan Polri dalam Rapim Kemenhan sebagai simbol positif sinergitas antar aparat negara. Hal ini menandakan keduanya mendukung penuh agenda-agenda besar negara untuk kemajuan Indonesia.

Oleh karena itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan, TNI-Polri harus menjadi benteng terdepan dalam menjaga kedaulatan negara. Kerja serius dibutuhkan dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan Indonesia yang memiliki luas wilayah sangat besar.

“Saya perintahkan, kepada seluruh jajaran TNI Polri, harus bekerja, bersungguh-sungguh dalam rangka memperkuat dan menjaga kedaulatan negara kita Indonesia, untuk berdiri paling depan dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI,” imbuhnya.

Jokowi juga mengingatkan kepada TNI-Polri bahwa tantangan bangsa ke depan akan semakin komplek. Ancaman tidak hanya muncul dalam bentuk perang konvensional. Melainkan perang dalam bentuk dunia maya pun siap menerjang.

“Yang paling penting, kita harus mampu atasai semua spektrum pertahanan, mulai dari konflik internal, perang asimetrik, gerilya, perang proxy, maupun perang hybrid, yang menggabungkan strategi militer non militer, konvensional dan non konvesional,” pungkasnya.(jwp)