Begini Nasib Guru yang Melakukan Pemukulan di SMAN 12 Bekasi

0
464
SAYANG PAK IDI: Siswa SMAN 12 Bekasi, Jawa Barat, berkumpul di lapangan meminta sekolah tetap mempertahankan Idianto pada Kamis (13/2).
SAYANG PAK IDI: Siswa SMAN 12 Bekasi, Jawa Barat, berkumpul di lapangan meminta sekolah tetap mempertahankan Idianto pada Kamis (13/2).

BEKASI-RADAR BOGOR, Seorang guru di SMAN 12 Bekasi melakukan pemukulan terhadap siswanya. Perbuatan itu terekam kamera dan videonya viral. Sekolah memutuskan untuk menonaktifkan guru tersebut. Namun, para siswa justru melakukan pembelaan: ”Terima kasih, Pak Idi.”

Jam masuk sekolah berbunyi tepat pukul 06.45. Entah mengapa pada Selasa (11/2) itu ada banyak yang terlambat. Sekolah menghitung ada 172 siswa. Sebanyak 72 di antaranya laki-laki.

Berawal dari situ, ratusan siswa tersebut menjalani pemeriksaan lainnya. Misalnya atribut dan kerapian. Guru Idianto yang dikenal mudah terpancing emosi memimpin pemeriksaan.

”Saya yang mem-back up beliau. Karena kami sudah paham karakter teman-teman seperti apa. Intinya, teman-teman kami itu ingin mendisiplinkan anak-anak. Cuma caranya aja yang kurang tepat,” ungkap Tri Wahyuni, salah seorang guru bimbingan konseling SMAN 12 Bekasi.

Tri biasanya ikut menangani siswa terlambat. Namun, saat kejadian dia menemui tamu di lobi sekolah. Sekembali dari lokasi tersebut, pemukulan sudah terjadi. Terdapat dua siswa yang dipukul Idianto, yakni R dan A.

Tak disangka, ternyata ada yang merekam kejadian itu. Video beredar di media sosial setelah di-upload seorang mantan siswa yang telah mengundurkan diri dari sekolah. Akun Facebook yang meng-upload video tersebut diketahui bernama Dapoy. Pemiliknya menerima video dari siswa lainnya yang mendokumentasikan saat itu.

”Siswa Dapoy. Kebetulan sudah bukan siswa kami lagi karena mengundurkan diri. Ya, mungkin berteman, dari teman-teman yang di sini. Yang ngevideo memang siswa kami. Kan ada kata-kata ’untung aing sudah di-DO’ kan, ada kata-kata itu (dalam caption video unggahan Dapoy, Red),” lanjut Tri.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Irna Tiqoh menyampaikan, di sekolahnya siswa paling lambat masuk pukul 06.45. Toleransi diberikan 15 menit. Bukan hanya siswa, guru juga tidak diperkenankan masuk sekolah setelah pukul 07.00. Mereka baru boleh masuk pada jam pelajaran kedua.

Setelah viral dan menjadi perhatian publik, Idianto terancam dipindahtugaskan, bahkan diberhentikan. Sehari setelah kejadian dia sudah dinonaktifkan dari jabatannya sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

Kasus tersebut juga membuat wakil wali kota Bekasi dan Dewan Pendidikan Kota Bekasi serta perwakilan Dinas Pendidikan (Dispendik) Provinsi Jawa Barat datang mengunjungi sekolah pada Kamis (13/2).

Menurut perwakilan sekolah, Idianto memang melakukan pemukulan terhadap dua siswa. Sangat mungkin dia tersulut emosi saat mendapati siswa masih santai meski sudah tahu terlambat masuk. Selain itu, ada beberapa atribut mereka yang tidak lengkap.

Ketua Dewan Pendidikan Kota Bekasi Ali Fauzie menjabarkan bahwa pihaknya telah bertemu dengan kepala sekolah dan dewan guru. Pihaknya menilai perlu dilakukan pembinaan terhadap guru yang bersangkutan.

”Karena suasana sekolah ini cukup kondusif yang sekarang-sekarang. Kalau guru yang bersangkutan masih berada di lokasi ini, rasa waswas pada anak didik ini akan ada,” tuturnya.

Soal pemindahan Idianto, kata Ali, itu kewenangan Dispendik Jawa Barat. ”Ya, mudah-mudahan sesuai harapan orang tua, kita juga semua, untuk segera dipindahkan guru ini agar situasi menjadi kondusif,” lanjutnya.

Di tengah kunjungan berbagai pihak ke sekolah, para siswa menyuarakan pendapatnya. Mereka berkumpul di lapangan sekolah. Mereka menjerit dan menangis histeris meminta sekolah tetap mempertahankan Idianto.

Para siswa juga membawa spanduk. Isinya bermacam-macam, tapi tujuannya sama. Membela Idianto. Para siswa itu menyatakan tak keberatan dengan pola didik Idianto. Mereka senang dengan sosok guru yang tegas menegakkan kedisiplinan tersebut.

Tulisan para siswa antara lain adalah ”Kami Siswa-Siswi SMAN 12 Cinta Guru Mendidik”, ”Pak Idi Tak Bersalah”, dan ”Terima Kasih, Pak Idi”. Para siswa itu bahkan menyampaikan maksudnya lewat petisi di change.org dengan judul Jangan Mutasi/Menonaktifkan Pak Idi.

Sampai tadi malam petisi sudah ditandatangani 574 akun. Para siswa yang meminta namanya tak disebutkan juga mengakui bahwa merekalah yang bersalah karena terlambat. Mereka memahami jika guru yang biasa mereka panggil Pak Id itu memiliki tujuan baik.

Kepala Bidang Guru dan Tenaga Pendidikan Dispendik Jawa Barat Asep Suhangga mengatakan bahwa pihaknya sudah bertemu dengan Kadispendik Jabar. Dia mengaku menemukan beberapa fakta penyimpangan terhadap situasi yang terjadi di sekolah.

Salah satunya ketika kumpulan siswa histeris menahan Idianto, sementara pihak sekolah dan orang tua murid justru setuju Idianto dipindahtugaskan. ”Sudah kami dapatkan dengan kondisi hal-hal yang sifatnya anomali itu tadi. Ketika ada yang siswanya histeris itu menjadi bagian dari pertimbangan kami,” terangnya.

Asep menilai ada sikap Idianto yang mampu membuat siswa senang. Dia dianggap memiliki ketegasan dan mampu memberi semangat para siswa. Namun, faktanya, Idianto melakukan kekerasan. ”Apa pun alasannya, sulit untuk dikatakan tindakannya bagian dari pembinaan terhadap siswa,” tegasnya.

Irna Tiqoh mengatakan, untuk masalah sanksi, sekolah masih menunggu SK. Tindakan yang sudah dilakukan adalah menonaktifkannya sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

Irna mengungkapkan bahwa Idianto memiliki cara mengajar yang menarik. Dia juga sering menulis artikel dalam bidang ilmunya, yakni geografi dan sosiologi. Idianto juga dikenal sangat peduli terhadap tata tertib sekolah. Hanya, sosoknya memang temperamental. Saat kejadian itu Idianto sudah meminta maaf kepada ratusan siswa terlambat yang masih berkumpul di lapangan.(*/c9/ayi)