Indonesia merupakan produsen kelapa ranking pertama di dunia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2016), Indonesia mempunyai areal kelapa paling luas di dunia yaitu mencapai 3,2 juta Ha, yang tersebar diberbagai pulau.
Sumatera menempati urutan pertama (34,45%), disusul pulau Jawa (22,83%), Sulawesi (18,65%), dan Kalimantan (7,35%). Salah satu hasil yang bisa dimanfaatkan dari pohon kelapa adalah nira.
Nira kelapa merupakan cairan bening yang keluar dari bunga kelapa yang pucuknya belum membuka, cairan ini merupakan bahan baku pembuatan gula kelapa cetak atau dikenal dengan gula merah. Namun, gula cetak tidak praktis dalam penggunaannya.
Oleh karena itu, dengan bantuan teknologi pengeringan vakum, dilakukan modifikasi bentuk dengan membuat gula kelapa dalam bentuk bubuk.
Hasil dari pengeringan vakum memiliki kualitas yang lebih baik karena tekstur, citarasa, dan kandungan gizi yang terkandung didalamnya tidak rusak akibat suhu tinggi.
Gula kelapa bubuk ini berbeda dari gula kelapa kristal atau yang biasa dikenal dengan sebutan gula semut, gula semut memiliki warna yang coklat dan berbentuk kristal seperti gula pasir, sedangkan gula kelapa bubuk memiliki warna putih dan berbentuk seperti tepung.
Gula kelapa dalam bentuk bubuk dapat meningkatkan nilai kepraktisan dalam penyajian karena mudah dikemas dan dibawa, daya simpan yang lama akibat kadar air yang rendah, harga lebih mahal dibandingkan gula kelapa cetak, pengemasan dan pengangkutan lebih mudah, serta rasa dan aroma lebih khas, serta mudah diperkaya dengan bahan lain yaitu iodium, vitamin A atau mineral.
Gula kelapa bubuk juga memiliki kelebihan lain diantaranya dapat meningkatkan nilai ekonomi dari gula kelapa dan dapat dijadikan sebagai creamer nabati.
Pengolahan dan produksi gula kelapa bubuk secara massif dapat meningkatkan nilai ekonomi dari nira kelapa sehingga pendapatan petani nira kelapa di Indonesia meningkat pula.
Oleh karena itu, peranan pemerintah sangat diharapkan untuk mendukung produksi gula kelapa bubuk ini melalui pelatihan dan penanaman modal untuk membeli peralatan kebutuhan produksi, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan perekonomian mereka. (*)