Alasan Pulau Sebaru yang Tak Berpenghuni Jadi Lokasi Karantina 188 WNI

0
75
HARAP-HARAP CEMAS: WNI yang menjadi kru kapal pesiar Diamond Princess berharap pemerintah segera menjemput. (MASFUD FOR JAWA POS)
HARAP-HARAP CEMAS: WNI yang menjadi kru kapal pesiar Diamond Princess berharap pemerintah segera menjemput. (MASFUD FOR JAWA POS)
HARAP-HARAP CEMAS: WNI yang menjadi kru kapal pesiar Diamond Princess berharap pemerintah segera menjemput. (MASFUD FOR JAWA POS)
HARAP-HARAP CEMAS: WNI yang menjadi kru kapal pesiar Diamond Princess berharap pemerintah segera menjemput. (MASFUD FOR JAWA POS)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Pemerintah segera menjemput Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi Anak Buah Kapal (ABK) World Dream ke Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta. Sebanyak 188 WNI saat ini masih berada di kapal pesiar yang ditolak bersandar di manapun. Kapal itu kini berada di perairan internasional dekat Bintan, Indonesia.

Para WNI segera dijemput menyusul dihentikannya pengoperasian kapal tersebut akibat wabah virus COVID-19. Sejumlah 188 ABK akan diobservasi Pulau Sebaru Kecil yang terletak di gugus Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau itu adalah pulau kosong, aman, pulau yang tidak berpenghuni dan memiliki fasilitas yang dibutuhkan untuk observasi. Mengapa harus Pulau Sebaru?

“Pulau Sebaru kecil ini sudah eksisting bangunan-bangunannya. Dulu dibangun tahun 2008, diresmikan oleh Pak Presiden SBY. Dulu di sana sebagai klinik rehabilitasi ketergantungan narkoba,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto dalam konferensi pers, Selasa (25/2).

Para WNI akan dijemput menggunakan KRI dr. Suharso yang sudah menuju ke laut sekitar wilayah Riau untuk nanti kemudian dipindahkan. Mereka akan diobservasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh WHO.

Pulau tersebut memiliki 8 gedung bangunan bertingkat. Terdiri dari kamar-kamar yang cocok sebagai lokasi karantina, ruang makan dan lainnya.

“Fasilitas ini ada dan selama ini enggak pernah digunakan. Dan kami rasa lokasi itu ideal, karena di pulau itu hanya itu saja fasilitasnya. Hanya dirawat oleh 10 orang,” jelasnya.

Pulau itu juga jauh dari pemukiman. Dan pulau-pulau di sekelilingnya juga sepi penghuni.

“Jauh dari pemukiman. Kalaupun sehari-hari ada ya g singgah hanya nelayan ya g cari ikan ke situ. Karena ada sumber air yang baik di sana,” jelas Yurianto.

Yurianto menegaskan observasi yang akan dilakukan pada 188 WNI yang berada di kapal World Dream, sama seperti observasi 238 WNI di Natuna. Pelaksanaannya tak jauh berbeda dengan observasi terdahulu.

Evakuasi 188 ABK dilakukan secara transfer (boat to boat) dari Kapal World Dream ke Kapal Rumah Sakit dr. Soeharso milik TNI. Estimasi pemindahan boat to boatakan dilakukan pada tanggal 26 Februari jam 10.00 WIB di Selat Durian dan akan tiba di Pulau Sebaru Kecil 28 Februari sekitar pukul 09.00 WIB.

“Evakuasi dari World Dream ini analog dengan WNi dari Wuhan kemarin. Jika sepanjang skrining seluruhnya negatif tanpa gejala. Artinya mereka sehat. Tetapi jika saat masuk KRI Suharso ditemukan kasus suspect gejalanya kelihatan, lalu langsung ditangani ke RS,” katanya. (jwp)