JAKARTA-RADAR BOGOR, Ada apa dengan Ajax? Tim yang begitu fenomenal musim lalu dengan menembus semifinal Liga Champions, tiba-tiba musim ini tak berdaya.
Tereliminasi di babak penyisihan grup UCL, Ajax pun tak mampu bersaing di babak 32 besar Liga Europa.
Menghadapi tim Spanyol, Getafe, Ajax kalah 0-2 di leg pertama saat tandang ke markas klub La Liga. Lalu pada pertandingan di Johan Cruijff Arena (Amsterdam), Jumat (28/2/2020) dini hari tadi, Ajax hanya mampu menang 2-1.
Laga baru berjalan lima menit, Jaime Mata sudah membungkam suporter tuan rumah sekaligus membuat beban Ajax semakin berat karena sudah kalah aggregat 0-3.
Gol dari Danilo dan Mathias Olivera sempat menghidupkan asa Ajax, namun di sisa waktu yang ada mereka tidak bisa menambah gol lagi dan gagal melaju ke 16 besar kompetisi kasta kedua antar klub Eropa itu.
Sebelumnya, Ajax ‘terlempar’ ke babak sistem gugur Liga Europa setelah finis ketiga di grup Liga Champions musim ini di belakang Valencia dan Chelsea.
Ajax membuka mata dunia musim lalu dengan sepak bola menyerang yang gemilang, setelah lolos dengan status tak terkalahkan dari Grup E untuk mengejutkan beberapa tim terbesar dunia.
Real Madrid adalah raksasa pertama yang korban, membiarkan keunggulan leg pertama 2-1 kalah 5-3 secara agregat di babak 16 besar.
Selanjutnya adalah Juventus, imbang di leg pertama 1-1 tetapi kemudian kalah 2-1 untuk memungkinkan tim Belanda lolos ke semifinal.
Ajax tersingkir secara drmatis dari Tottenham di fase empat besar. Mengantongi kemenangan tandang 1-0 pada leg pertama, jawara Eredivisie itu lalu memimpin 2-0 di babak pertama pada leg kedua.
Petaka terjadi babak kedua ketika Spurs mampu mencetak tiga gol lewat hattrick Lucas Moura, salah satu di masa injury.
Meski tersingkir, Ajax sudah menyita perhatian dunia. Tidak heran jika klub-klub raksasa Eropa berebut para penggawa andalan Ajax.
Kapten tim, Matthijs de Ligt diboyong Juventus dan gelandang Frenkie de Jong hijrah ke Barcelona.
Kehilangan dua pemain kunci itu harus diakui telah berpengaruh besar pada performa Ajax. De Ligt, bagaimanapun merupakan tembok pertahanan Ajax musim lalu.
Sementara De Jong adalah otak di balik strategi menyerang yang diterapkan Erik Ten Hag. Tapi kegagalan musim ini tak bisa terlalu ditangisi para penggawa Ajax. Mereka harus segera bangkit dan kembali menujukkan kapasitasnya sebagai salah satu raksasa Eropa musim depan. (pjs)