BOGOR – RADAR BOGOR, Mewabahnya corona virus disease 2019 (Covid-19) tak hanya membuat masyarakat Indonesia khawatir. Penyebaran virus tersebut juga membuat industri pariwisata di Bogor waswas.
Berdasarkan data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor okupansi hotel di Kota Hujan menurun 5-7 persen di pekan pertama Maret 2020.
“Penurunan ini merupakan force majeure atau kondisi yang tak dapat dihindari,” ujar Ketua Badan Pimpinan Cabang (BPC) PHRI Kota Bogor Yuno Abeta Lahay kepada Radar Bogor.
Penurunan okupansi hotel di Bogor kata Yuno, sebenarnya masih lebih baik dibandingkan dengan tempat tujuan wisata lain di Indonesia.
Semisal Bali dan Batam. Pariwisata kedua wilayah tersebut sedang babak belur. Di Batam penurunan tingkat hunian hotel sekitar 40 persen. Sementara di Bali lebih parah lagi. Penurunan okupansi hotel di kisaran 60-80 persen.
Yuno bilang, penurunan tingkat hunian terjadi karena ada sebagian masyarakat yang membatalkan pemesanan hotel yang sudah dipesan jauh-jauh hari. Namun jumlahnya tak banyak.
Apakah pembatalan karena wabah corona di Indonesia? Yuno mengaku tak mengetahui secara pasti.
“Alasannya pembatalan belum dijelaskan apakah karena Covid-19 atau bukan,” ucap Yuno.
Meski mengalami penurunan tingkat hunian, Yuno memastikan hotel dan restoran yang tergabung di PHRI Kota Bogor tak ada satupun yang memangkas karyawan.
Menurut dia, saat ini hotel-hotel di Kota Bogor tengah melakukan beberapa program regular seperti promo dan diskon untuk menarik tamu.
“Ini perlu dilakukan untuk menggenjot okupansi hotel agar kembali meningkat,” jelas dia.
Penurunan ini dibenarkan, Marketing Communications Manager THE101 Bogor Restiana. Menurutnya masyarakat saat ini lebih mengalokasikan dananya untuk antisipasi waspada virus corona. “Untuk bulan Maret ini memang ada penurunan,” kata Resti.
Dia menjelaskan penurunan paling besar datang dari kegiatan meeting yang turun sekitar 10 hingga 15 persen. Meski begitu, sambung Resti, Hotel The 101 Bogor telah membuat suatu kampanye yang berfokus terhadap isu corona.
“Kami juga semakin memperketat kebersihan. Seperti menyediakan air dan sabun atau cairan pembersih tangan di berbagai fasilitas karyawan,” tegas dia.
Nasib serupa juga terjadi di Kabupaten Bogor. Sejak pemerintah Arab Saudi mengeluarkan larangan bagi warganya untuk melakukan perjalanan ke negara yang terpapar virus corona membuat pariwisata Puncak terpukul.
Menurut Ketua Litbang PHRI Kabupaten Bogor, Sofian, penurunan wisatawan mencapai 60 persen. “Banyak wisatawan yang menunda kunjungan terutama grup wisatawan,” ungkapnya kepada Radar Bogor.
Pembatalan tersebut terjadi pasca Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga Indonesia positif corona.
Akibatnya, banyak wisatawan yang menunda perjalanan wisata ke Puncak termasuk kegiatan-kegiatan pemerintahan seperti rapat kerja, pelatihan, seminar yang biasanya rutin dilakukan di hotel-hotel di kawasan Puncak.
“Seharusnya pemerintah dapat memberikan solusi dari kondisi yang tidak menguntungkan ini,” beber dia.
Solusi yang dimaksud, Sofian adalah pemerintah dapat memberikan jaminan bahwa Kabupaten Bogor siap dalam mengendalikan virus corona sehingga tidak berdampak terhadap aktivitas pariwisata.
Pemerintah daerah juga sambung dia, seharusnya memiliki langkah-langkah serius dalam penanganan wabah Covid-19.
“Misalnya dengan bekerjasama dengan hotel-hotel untuk menyiapkan fasilitas dalam hal penanganan virus corona,” tegas dia.
Penurunan jumlah wisatawan ini, menurut Sofian juga pernah terjadi sebelumnya. Meskipun bukan yang terparah. Seperti diketahui, mayoritas turis mancanegara di Puncak didominasi oleh wisatawan Timur Tengah dan wisatawan lokal dari Jabodetabek.
“Pernah di tahun 2014, saat itu pemerintah membuat larangan adanya kegiatan dinas di hotel,” beber dia.
Sementara itu, pendapat berbeda diungkapkan Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan. Dia menilai wabah corona tidak berpengaruh terhadap pariwisata Kabupaten Bogor.
“Kunjungan wisata, dari Timur Tengah tetap aja masih banyak kok. Di Puncak ramai terus, lihat aja, tidak ngaruh,” ujarnya.
Menurut Iwan, kunjungan pariwisata di wilayah selatan Kabupaten Bogor itu tidak mengalami penurunan, begitu pula dengan perekonomian di Kawasan Puncak yang diklaimnya sejauh ini masih stabil.
“Saya juga orang Puncak. Bukannya menyepelekan corona tidak berbahaya, tidak usah panik,” sebut Iwan. (cr3/cr1/rp1/dka/ded/c)