Oleh: Maria Fitriah, S. Sos., M. Si
Dosen sekaligus Ketua Program Studi Sains Komunikasi
Universitas Djuanda Bogor
Kian hari jumlah pasien wabah Covid-19 semakin masif. Tentunya ini sangat penting menjadi perhatian kita bersama untuk dipikirkan. Kita prihatin dengan kondisi ini melihat bekerjanya tenaga medis dan pemerintah.
Ini bukanlah tugas tenaga medis yang menyelamatkan kesehatan jiwa manusia. Juga bukan tugas pemerintah yang mencari strategi dalam pemecahan solusi. Namun ini merupakan perjuangan kita semua pihak, termasuk kita sebagai masyarakatnya itu sendiri dalam melawan Covid-19. Namun sayangnya kesadaran itu pun belum nampak optimal.
Bayangkan, betapa berat tenaga medis dan pemerintah melakukan upaya yang terbaik agar semua kembali sehat jika kita sendiri masih kurang memperhatikan pencegahan penyebaran Covid-19. Tenaga medis pun sudah banyak yang terkena Covid-19 hingga meninggal dunia.
Masihkah mata dan hati kita belum tersentuh? Masihkah kita mengabaikan himbauan pemerintah? Terlihat masih banyak masyarakat yang melakukan kumpul-kumpul di titik-titik wilayah saat tengah dilanda wabah Covid-19. Masyarakat ke luar rumah pun belum semua menggunakan masker.
Kalau bukan diri kita sendiri, siapa lagi yang akan menyelamatkan diri dan orang lain sehingga dapat hilang virus Covid-19 dari muka bumi ini?
Kini garda terdepan bukanlah tenaga medis sebagai pakar kesehatan, tetapi diri kita sendiri sangat perlu memiliki kesadaran dalam memberikan perlindungan. Tidak hanya diri kita sendiri yang aman terjaga dari virusnya, tetapi orang lain pun yang berinteraksi dengan kita akan terlindungi. Kita tidak mengetahui secara jelas kondisi tubuh kita saat itu.
Dengan demikian, penggunaan masker merupakan hal yang penting karena kita tidak tahu orang tanpa gejala. Setidaknya kita sudah membantu tenaga medis dan pemerintah dalam memotivasi diri melawan Covid-19 dengan pencegahan meluasnya penyebaran..
Berdasarkan kutipan CNN Indonesia (05/04), pernyataan ini muncul setelah penelitian ilmiah menunjukkan dampak positif dari pemakaian masker dalam mencegah penyebaran virus corona. Hal ini setidaknya sudah diterapkan oleh pemerintah kawasan Eropa yang mengharuskan masyarakat untuk menutup hidung dan mulut di depan umum.
Sejalan dengan hal itu, maka yang awalnya Badan Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) merekomendasikan penggunaan masker bagi yang sakit dan orang yang merawat pasien saja, sekarang mengubahnya menjadi anjuran penggunaan masker kepada semua masyarakat yang hendak ke luar rumah.
Ini mengingat jumlah penderita sudah semakin banyak dan transmisi terhitung cepat terjadi. Kriteria masker yang digunakan oleh masyarakat bersifat water resistant yaitu cukup masker yang dari kain tiga lapisan.
Di samping itu, masyarakat juga dianjurkan tidak lupa mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menggunakan masker. Tidak dianjurkan penggunaan masker bedah, seperti masker N95, yang hanya diperuntukkan tim medis atau petugas kesehatan.
Selain pola hidup sehat dan social distancing, kita hendaknya memiliki motivasi “di rumah aja” itu lebih baik. Jika mengharuskan ke luar rumah, itu hanya untuk kondisi darurat, seperti membeli kebutuhan bahan pokok, memenuhi kebutuhan medis, atau lainnya. Kelihatannya belum seluruh masyarakat sadar terhadap pandemik Covid-19 ini.
Bahkan banyak juga yang sibuk pulang kampung meskipun sudah ada larangan. Artinya pemahaman hingga adanya perubahan perilaku belum muncul dari hati nuraninya sendiri. Mereka berpikir tidak masalah jika jika tidak ketahuan disertai berbagai alasannya.
Melihat kondisi demikian, nampak belum termotivasi dalam melawan Covid-19. Secara sosial, kesadaran diri berhubungan dengan motivasi. Kesadaran diri dan motivasi merupakan bagian dari komponen kecerdasan emosional.
Menurut Goleman (2001), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita.
Seseorang diharapkan memiliki kesadaran dengan motivasi bersatu melawan Covid-19. Dalam hal ini, seseorang sangat perlu menyadari bahaya pandemik Covid-19 sehingga termotivasi untuk melawannya.
Suryanti dan Ika (2004) menyatakan, saat kita semakin mengenal diri kita, kita memahami apa yang kita rasakan dan lakukan. Pemahaman itu akan memberikan kita kesempatan atau kebebasan untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita dan menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan tindakan.
Motivasi dapat berasal dari dalam (diri) maupun dari luar (lingkungan). Seperti yang diungkap Walgito (2008), motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Ada tiga aspek motivasi, yaitu : pertama, keadaan yang mendorong dan kesiapan bergerak dalam diri individu yang timbul karena kebutuhan jasmani, keadaan lingkungan, dan keadaan mental; kedua, perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan tersebut; ketiga, sasaran dan tujuan yang dikejar oleh perilaku tersebut. (*)