Mau Sembuh Dari Corona, Ratusan Orang Iran Tewas karena Minum Ini

0
337
Pemakaman korban tewas akibat menenggak alkohol berkadar tinggi di Iran dilakukan dengan protap jenazah pasien Covid-19 (AP)
Pemakaman korban tewas akibat menenggak alkohol berkadar tinggi di Iran dilakukan dengan protap jenazah pasien Covid-19 (AP)

 

TEHERAN-RADAR BOGOR, Kondisi miris terjadi di Iran di tengah pandemi virus Korona. Demi sembuh dari virus corona, 600 orang Iran meninggal dunia karena mengonsumsi alkohol yang berkadar tinggi. Sementara 3.000 orang lainnya mengeluh sakit. Mereka sebelumnya yakin bahwa dengan minum alkohol bisa melindungi tubuh terhadap virus Korona.

Kantor berita Iran, Tasnim mengutip juru bicara pengadilan Iran, Ghulam Hussein Ismaili, mengatakan bahwa jumlah kematian akibat menenggak alkohol hingga saat ini sudah mencapai 600 orang lebih dalam upaya untuk mengobati penyakit. Dia mengungkapkan hal itu karena minuman beralkohol yang diproduksi secara ilegal di Iran tidak sesuai standar yang disyaratkan. Dan orang-orang yang sengaja melakukan itu, sejumlah orang telah ditangkap. Ratusan orang telah meninggal dan ribuan lainnya keracunan di Iran setelah meminum alkohol konsentrasi tinggi.

“Lebih dari 600 orang telah meninggal dan sekitar 3 ribu orang sekarang di rumah sakit,” kata juru bicara pengadilan Iran Gholam Hossein Esmaili seperti dilansir dari Middle East Monitor, Jumat (10/4).

“Jumlahnya sangat tinggi dan di luar estimasi kami. Konsumsi alkohol bukan obat tetapi bisa mematikan,” tukasnya.

“Sejumlah orang telah ditangkap dan kami akan menangani mereka. Mereka harus dimintai pertanggungjawaban atas tindakan kriminal, karena menyebabkan kematian pada warga negara,” tambahnya.

Dalam laman Daily Mail, sejauh ini dunia masih mencari obat yang tepat untuk Coronavirus. Dan hanya sejumlah obat yang dapat membantu meringankan gejala.

Dalam upaya untuk menghentikan Covid-19, Iran telah memerintahkan penutupan bisnis yang tidak penting dan memberlakukan larangan perjalanan antarkota. Sebelumnya Iran sempat menjadi pusat epicentrum Covid-19 dunia di luar Tiongkok namun kini diganti oleh Amerika Serikat dengan jumlah kasus lebih dari 400 ribu pasien positif. (jpc)