Kalau Stabil, Ginting Layak jadi Pesaing Utama Momota

0
80
Anthony Sinisuka Ginting dan Kento Momota. (Jawa Pos)
Anthony Sinisuka Ginting dan Kento Momota. (Jawa Pos)

JAKARTA-RADAR BOGOR,Mundurnya Olimpiade Tokyo 2020 ke tahun 2021, diyakini membawa dampak positif bagi pemain nomor satu dunia asal Jepang, Kento Momota.

Hal itu diungkapkan mantan pemain nomor satu dunia Lee Chong Wei. Legenda asal Malaysia tersebut mengatakan bahwa Momota bisa mendapatkan keuntungan karena penundaan Olimpiade.

Alasannya, Momota memiliki waktu lebih lama untuk memulihkan kondisi fisiknya pasca kecelakaan lalu lintas di Kuala Lumpur, Malaysia, Januari lalu.

“Dalam pandangan pribadi, saya percaya bahwa Momota adalah unggulan utama walaupun dia terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani operasi,” kata Chong Wei seperti dilansir media Malaysia New Straits Times.

“Dengan penundaan turnamen, dia memiliki waktu istirahat dan akan kembali ke kondisi terbaiknya,” imbuh peraih perak Olimpiade 2008, 2012, dan 2016 itu.

Sebelumnya, pelatih kepala Jepang Park Joo-bong mengatakan bahwa salah seorang pemain yang bisa menghentikan ambisi Momota untuk meraih emas di kandang sendiri adalah tunggal Indonesia Anthony Sinisuka Ginting.

Tunggal putra legendaris Indonesia Hariyanto Arbi sepakat dengan itu. Juara Dunia 1995 itu mengatakan bahwa Ginting lebih cocok menghadapi Momota jika dibandingkan dengan pemain Indonesia lainnya, Jonatan Christie.

“Kalau kita ngadu stroke dengan dia (Momota), ya kita nggak akan mungkin bisa menang. Makanya Si Ginting (Anthony Sinisuka Ginting, Red) lebih cocok melawan Kento ketimbang Jonatan (Christie). Kalau Jonatan nggak ada daya ledaknya. Smesnya juga biasa,” ucap Hari–begitu dia biasa dipanggil– kepada Jawa Pos.

“Kento itu kuat dan bolanya safe banget. Ambil posisinya juga enak terus. Jadi, harus ada pemain yang punya smes keras dan membuat Kento takut,” tambah juara All England 1993 dan 1994 itu.

Pemain berjuluk Smash 100 Watt itu menambahkan bahwa Momota kerap tidak nyaman saat bertemu dengan Ginting. Walau secara head-to-head Momota unggul jauh sampai 11-4, namun Ginting kerap menyulitkan juara dunia 2018 dan 2019 itu.

Terbaru terjadi pada final BWF World Tour Finals 2019. Saat itu, Momota menang susah payah dalam rubber game yang berakhir dengan skor 17-21, 21-17, 21-14.

“Harusnya kalau menurut saya, itu Ginting bisa menang straight set. Jadi (siasat) Kento lawan Ginting adalah dia harus lebih lama di lapangan. Kalau dia mau menang, Kento harus benar-benar menguras (tenaga) Ginting,” ucap Hari.

“Kalau adu ketahanan, ya kecil kemungkinan bisa menang lawan Kento. Contohnya lagi pemain Denmark Viktor Axelsen. Coba lihat, berapa rekornya lawan Kento. Jarang sekali bisa menang.”

“Kalau Ginting bisa meningkatkan stamina dan daya tahan, ya bisa banget mengalahkan Kento. Makanya kalau ada yang menggadang-gadang Ginting akan bahaya di Olympic, ya setuju saya. Kalau dia stabil, dia bisa,” tegas Hari. (jpc)