RADAR BOGOR, Usulan perubahan sistem poin yang datang dari presiden Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) Poul-Erik Hoyer Larsen masih menjadi perdebatan hangat.
Tentu saja banyak yang masih sangat nyaman dengan sistem 21×3. Namun, ada pula yang tertantang dengan usulan skor 11×5.
Salah satu yang bersuara adalah pebulu tangkis Malaysia Chan Peng Soon. Menurut peraih perak ganda campuran Olimpiade Rio 2016 bersama Goh Liu Ying itu, proposal dari Hoyer Larsen adalah penyegaran.
Bahkan menurut Peng Soon, format tersebut akan menjadi tantangan baru bagi para pemain papan atas saat ini. Bisakah mereka tetap dominan?
“Saya ingin lihat bagaimana Kento Momota, Viktor Axelsen, dan Tai Tzu-ying bisa beradaptasi dengan format baru? Apakah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon masih bisa mendominasi?,” kata Chan seperti dikutip surat kabar Malaysia The Star.
Pemain 31 tahun itu menilai, penyegaran itu penting. Perubahan sistem poin juga bisa membuka persaingan baru di peta bulu tangkis dunia.
Chan Peng Soon (kiri) dan Goh Liu Ying ketika meraih perak Olimpiade Rio 2016 (Goh Chai Hin/AFP)
Menurutnya, semua orang akan sangat antusias. Tidak hanya penggemar, melainkan juga para pelatih dan pemain. Mereka akan penasaran bagaimana gaya bermain atlet untuk beradaptasi dengan format anyar.
“Sistem baru ini akan membangun antusiasme baru untuk olahraga bulu tangkis,” ucapnya.
Pemain yang sudah tidak berada di pelatnas Malaysia tersebut kemudian membandingkan saat sistem 21×3 diperkenalkan pada 2006. Rally point diusulkan sebagai pengganti set point yang mirip dengan sistem perhitungan tenis. Format lama, memang memakan lebih banyak waktu.
“Saya ingat ketika kali pertama bermain dengan format 21×3, kami semua berpikir pertandingan akan berjalan lebih cepat. Nyatanya masih ada pertandingan yang selesai dalam dua jam,” ujar Peng Soon.
Untuk itulah, Peng Soon berharap agar tidak terburu-buru menolak usulan 11×5 dari BWF dengan alasan laga akan berakhir terlalu singkat. “Pertandingan tetap akan berlangsung lebih lama dari yang Anda bayangkan. Jika laga berjalan lima game, pasti akan butuh sekitar sejam,” ucapnya.
Pada 2014, sistem 11×5 sempat diuji coba ke beberapa turnamen bulu tangkis internasional. Namun, uji coba tersebut hanya berlangsung singkat karena hampir setengah anggota federasi menolak sistem poin tersebut.
Sementara itu dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto mengatakan bahwa wacana itu telah mendapat penolakan pada Annual General Meeting 2018 di Thailand. Itu termasuk dari PP PBSI.
“Sikap kami sampai sekarang masih sama ya, tetap menolak. Nanti kami coba tanyakan lagi ke para pemain dan pelatih,” ucap Budiharto. (jpc)