Puasa, Metamorfosis Manusia

0
48
Deddy Supardi,S.Pd

RADAR BOGOR, Shaum atau puasa bagi orang Islam adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. 

Sebagai umat Muslim, penting untuk mengetahui sejarah puasa Ramadan sebagai ibadah wajib yang dikerjakan di bulan suci Ramadhan setiap tahun.Sejarah puasa Ramadan bagi umat Islam memiliki makna sangat mendalam, karena berpuasa di bulan ini sifatnya wajib yaitu fardhu (diwajibkan) bagi seseorang Muslim dewasa, kecuali mengalami halangan untuk melakukannya seperti sakit, sudah tua, dalam perjalanan, hamil, menyusui, atau menstruasi (haid). Perintah melaksanakan ibadah puasa pun tercantum dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 183, seperti berikut: “Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.” (Q.S Al-Baqarah ayat 183)

Selama berpuasa dari pagi hari hingga petang, Muslim dilarang untuk makan, minum cairan apa pun, merokok, dan berhubungan seksual suami-istri. Selain itu, diperintahkan pula untuk menghindari perbuatan dosa untuk menyempurnakan pahala puasa, seperti berkata yang jelek (menghina, memfitnah, mengutuk, berbohong) dan berkelahi. Berpuasa bagi Muslim saat Ramadan biasanya diikuti dengan memperbanyak salat, membaca Alquran, dan salat tarawih di malam hari. Dalam melaksanakan ibadah puasa Ramadan, setiap Muslim wajib membaca doa niat puasa Ramadan, baik dalam hati maupun dilafalkan perlahan secara lisan dan jelas.

Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, sejarah puasa Ramadan dimulai. Awal mula perintah menunaikan ibadah puasa Ramadan yakni pada bulan Sya’ban tahun kedua Hijriah. Ketika itu, umat Islam berhijrah dari Makkah menuju Madinah dan diperintahkan Allah untuk memindahkan kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Masjidil Haram. Menurut hadits yang diriwayatkan Mu’adz bin Jabal, Nabi Muhammad SAW mendapatkan perintah untuk puasa Ramadan setelah melaksanakan puasa ‘Asyura dan puasa tiga hari setiap bulan. Hingga akhirnya, puasa Ramadan mulai diwajibkan pada tahun ke-2 Hijriah (624 Masehi), bersamaan dengan syariat salat Idul Fitri, zakat fitrah, dan kurban. Selain tercantum pada Q.S Al-Baqarah ayat 183, sejarah puasa Ramadan menjadi wajib dijelaskan pula dalam Q.S Al-Baqarah ayat 185, berbunyi:  “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Sejarah puasa Ramadan juga diterangkan dalam dalam beberapa hadits shahih yang menyebutkan bahwa puasa Ramadan bersifat wajib bagi umat Islam.

Adapun beberapa hadits tentang kewajiban puasa Ramadan, sebagai berikut:

1. Hadits Riwayat Ahmad Nasa’i dan Baihaqi 

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda: “Telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang diberkahi, di mana Allah mewajibkan puasa di bulan itu kepada kamu. Pada bulan itu pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan durhaka dibelenggu. Di bulan itu terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa dihalangi mendapatkan kebaikannya, maka ia telah terhalangi.”

2. Hadits Riwayat Bukhari Muslim

Dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa Ramadan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

3. Hadits Riwayat Bukhari 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya’ban sampai tiga puluh hari.” (*)

DEDDY SUPARDI,S.Pd

Sekretaris MUI Pabuaran Cibinong, Guru di SDN Bedahan 01 Cibinonh