BOGOR – RADAR BOGOR, Minyak kayuputih merupakan salah satu minyak atsiri Indonesia yang dilaporkan mengandung senyawa aktif 1,8 sineol dengan kadar yang cukup tinggi yakni sebesar 47.61% (Iftari 2013).
Senyawa 1,8 sineol, atau yang dikenal juga dengan nama cajuputol, adalah senyawa monoterpen yang sering dilaporkan memilki kemampuan anti-inflamasi dan kemampuan antioksidan yang terbukti dapat berperan sebagai co-medication pada penyakit-penyakit inflamasi saluran pernafasan seperti asma dan chronic obstructive pulmonary disease (COPD) (Juergens 2014).
Senyawa ini juga dilaporkan dapat mencegah infeksi virus influenza yang dapat menyebabkan pneumonia serta mampu menambah kemampuan proteksi terhadap infeksi virus influenza pada mencit melalui pelemahan respon inflamasi paru-paru (Li et al. 2016).
Lebih jauh dilaporkan bahwa penyertaan 1,8 sineol dalam vaksin influenza memberikan cross-protection terhadap infeksi virus (Li et al. 2017).
Kemampuan 1,8-sineol terhadap coronavirus juga dilaporkan oleh Muller et al. (2016) yang membuktikan 1,8-sineol dengan konsentrasi 2 x 10-4 M dapat meningkatkan aktivitas Interferon Regulatory Factor (IRF3) yang dapat menurunkan aktivitas NF-κB sebagai pemicu inflamasi pada sel tubuh.
Penelitian secara khusus dilakukan pada organ pernapasan manusia dengan menggunakan analog RNA utas ganda berupa Poly (I:C) yang dapat memicu respon antivirus pada sel alveolar, korneal, dan bronchial epithelial.
Coronavirus memiliki beberapa jenis faktor virulensi berupa Nsp 1, Nsp3c, dan ORF7a yang dapat mengaktivasi NF-κB dan memicu infeksi pada jaringan tubuh (DeDiego et al. 2013, Wu et al. 2020).
Selain itu, coronavirus juga menghalangi aktivitas IRF3 pada tahap molekuler antara transport molekul IRF3 dan aktivasinya melalui hiperfosforilasi dan dimerisasi (Spiegel et al. 2005).
Aktivasi IRF3 akan menurunkan potensi inflamasi yang diakibatkan oleh aktivitas coronavirus. Paparan 1,8-sineol seperti yang banyak terdalam minyak atsiri kayuputih dapat meningkatkan imunitas tubuh terhadap coronavirus, melalui aktivasi IRF3 yang berperan penting dalam sistem imun bawaan manusia.
Apakah sudah ada hasil riset terkait ini ?
Terkait langsung dengan COVID-19, baru ditemukan laporan Sharma dan Kaur (2020) yang berjudul: ”Eucalyptol (1,8-cineole) from Eucalyptus Essential Oil a Potensial Inhibitor of COVID19 Corona Virus Infection by Molecular Docking Studies”.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa senyawa 1,8 sineol berpotensi menjadi senyawa yang dapat menghambat infeksi COVID-19.
Meskipun peneltian dengan metode penambatan molekuler (molecular docking) hasilnya memang masih merupakan prediksi yang lazim digunakan untuk tahap awal pencarian kandidat obat.
Hasil penelitian ini menguatkan potensi minyak atsiri kayuputih sebagai pencegah virus COVID-19, walau studi ini masih perlu dilanjutkan dengan pembuktian empiris.
Penelitian terhadap minyak ekaliptus, yang komposisi senyawa yang terkandung mirip dengan minyak kayu putih, seperti yang dilaporkan baru-baru ini oleh litbang pertanian memiliki kemampuan untuk membunuh 80-100% virus corona model.
Minyak atsiri ekaliptus Menurut Dewan Atsiri Indonesia, minyak kayuputih dan minyak eukaliptus didefiniskan serupa, yaitu sebagai minyak yang mengandung 1,8 cineole (sineol). Minyak kayuputih, seperti halnya minyak eukaliptus, memang kaya akan 1,8-sineol.
Saran konsumsi yang menyenangkan seperti apa ?
Minyak kayu putih secara tradisional dikonsumsi dalam bentuk infused water (tetasan minyak dilarutkan ke dalam air) yang dikonsumsi untuk pengobatan, seperti mengobati sakit perut, cacingan, batuk dan masuk angin (inflamasi).
Minyak kayuputih yang aman dikonsumsi adalah minyak kayuputih murni dan dalam kadar yang rendah karena minyak kayu putih dalam konsentrasi tinggi dikhawatirkan dapat berbahaya bila dikonsumsi, bahkan dapat menyebabkan gatal dan iritasi terhadap kulit.
Belum banyak produk pengolahan minyak kayuputih untuk dikonsumsi di dunia maupun di Indonesia, salah satu produk pengolahan minyak kayuputih sebagai produk pangan ialah permen minyak kayuputih.
Cajuputs® Candy (CC) merupakan salah satu produk pangan fungsional dengan flavour utama kayu, yang dikembangkan berbasis penelitian sejak tahun 1997 hingga saat ini di IPB.
Penelitian produk konfeksioneri berbasis bahan herbal berupa minyak atsiri minyak kayu putih asli Indonesia ini diawali dengan optimasi formulasi flavor dan pendugaan umur simpan permen yang dilanjutkan dengan optimasi suhu pemrosesan.
CC telah hadir sebagai permen keras fungsional (lozenges hard candy) komersial dengan sensasi menyegarkan pernafasan, melegakan tenggorokan, menghangatkan sejak 2010.
Hasil penelitian lanjutan menunjukkan bahwa permen ini juga mempunyai potensi untuk menjaga homeostasis mikroflora mulut (Wijaya et al. 2020 dan Septiana et al. 2019)).
Selain itu potensinya sebagai penyegar bau mulut (pencegah halitosis) juga telah dibuktikan. Paten yang telah diperoleh saat ini adalah ID 0 000 385 S dan IDP000040695, sedangkan 2 paten lainnya masih dalam proses dan pengajuan. Berbagai testimoni positif tentang keunggulan CC diperoleh dari pihak konsumen menjadi landasan komersialisasi produk.
Permen kayu putih CC yang kaya akan 1,8 sineol diharapkan dapat menjadi alternatif “konsumsi” minyak kayu putih yang menyenangkan selain memberikan kontribusi positif bagi pencegahan virus corona yang efektif mengingat pelepasan senyawa 1,8-sineol akan langsung pada saluran hidung dan tenggorokan (saluran pernafasan), pelepasan terjadi secara bertahap dan lama, yaitu selama penguluman permen.
Selain itu bentuk permen yang praktis, mudah dibawa, dapat dimanfaatkan langsung kapan saja, selain murah dan cepat dan mudah untuk diproduksi massal.
Kandungan gula permen juga diharapkan dapat memberikan asupan energi cepat bagi metabolism tubuh di saat darurat atau sibuk sehingga belum sempat memberikan asupan tubuh dengan pola konsumsi yang normal.
Prof Hanny Wijaya
- Guru Besar IPB
- Dosen/GB Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta-IPB
- Peneliti di Pusat Unggulan IPTEKS Biofarmaka Tropika, IPB.