Oleh, Arisman
Presiden Mahasiswa UNB Bogor
KELUARGA merupakan kata yang tidak asing lagi di tengah kehidupan kalangan masyarakat baik dari kelas anak-anak sampai yang berusia menua. Tapi kelas masyarakat seperti apa, yang di perbolehkan berkeluarga.
Dalam undang-undang perkawinan batas minimal usia berkeluarga/menikah yaitu baik laki-laki dan perempuan sama-sama harus sudah menginjak usia 19 tahun. Sebelumnya, minimal menikah bagi laki-laki adalah 19 tahun dan perempuan 16 tahun. Jadi kelas masyarakat seperti ini yang sudah diperbolehkan.
Langkah paling pertama seseorang yang ingin ada ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang perempuan yaitu dengan menikah. dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia, harmonis, mandiri dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Pasangan rumah tangga secara umum seorang suami berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Suami juga berperan sebagai mitra istri yaitu menjadi teman setia yang menyenangkan dan selalu ada di saat suka maupun duka, dengan selalu menyediakan waktu untuk berbincang dan menghabiskan waktu senggang dengan sang istri. Sebagai suami juga harus berperan untuk mengayomi atau membimbing istri agar selalu tetap berada di jalan yang benar.
Selain menjadi rekan yang baik untuk istri, suami juga dapat membantu meringankan tugas istri, seperti mengajak anak-anak bermain atau berekreasi serta memberikan waktu-waktu luang yang berkualitas untuk anak di sela-sela kesibukan suami dalam mencari nafkah.
Selain peran suami, istri juga mempunyai peran yang sangat penting, yaitu sebagai pendamping suami di setiap saat dan ibu yang siap menjaga dan membimbing anak-anaknya. Sama seperti suami, istri juga berperan sebagai mitra atau rekan yang baik dan menyenangkan bagi pasangan hidupnya.
Istri dapat diajak untuk berdiskusi mengenai berbagai macam permasalahan yang terjadi dan juga berbincang tentang hal-hal yang ringan. Hal inilah yang perlu diketahui dan dipelajari, ataupun ada pola lain perlu diterapkan yang menyesuaikan keadaan masing-masing.
Sebenarnya ada banyak contoh menarik yang dapat dipelajari dari banyaknya tipe pasangan ditengah kehidupan bermasyarakat, salah satunya pasangan sama-sama perantau. Merantau memiliki arti berlayar atau mencari penghidupan di tanah rantau atau pergi ke negeri lain untuk mencari penghidupan, ilmu, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Merantau telah menjadi budaya hidup banyak orang di Indonesia. Setiap suku bangsa memiliki budaya merantau. Seperti Suku Batak, Jawa, Bugis, Madura, dan Minangkabau. Dari sekian banyak budaya merantau yang dilakukan oleh beragam suku bangsa di Indonesia, semuanya memiliki karakter tersendiri.
Tetapi ketika memutuskan menjadi seseorang perantau untuk mengenyam pendidikan dan pekerjaan pasti banyak menjadi pertimbangan oleh internal dan eksternal keluarga. Cermat dalam mengatur berbagai aspek, seperti; finansial, kesehatan, dan lainnya. Hal ini sudah terbiasa menjadi pembahasan.
Pasangan Perantau. Yaitu pasangan yang sudah merasakan long distance relation dalam banyak hal. Sehingga sudah menjadi hal yang terbiasa dalam pengelolaan keuangan, manajemen waktu, manajemen konflik, pola hidup sehat, dan kemandirian.
Untuk mengimplementasi penerapan dalam rumah tangga bukan suatu yang sifatnya buram lagi. Biasanya yang menjadi permasalahan hal-hal sifat seperti ini, sehingga banyak rumah tangga yang gugur di tengah jalan.
Beberapa kelebihan dan kekurangan Pasangan perantau yang menjadi pendukung sehingga bisa di kategorikan pasangan idaman dan dapat menjadikan pembelajaran.
1. Dalam Mengurusi berbagai hal sendiri, kebanyakan pasangan rantau itu punya karakter yang mandiri.
2. Sudah terbiasa manajemen pemasukan dan pengeluaran, cukup pandai mengatur keuangan.
3. Mudah beradaptasi dengan tempat baru membuat pasangan rantau pandai menempatkan diri.
4. Bukannya lupa karena jauh orangtua dan daerah, mereka justru pasangan istimewa yang tahu betapa berharganya keluarga.
5. Pasangan perantau lebih cekatan karena banyak pengalaman.
6. Pasangan perantau itu tahu konsekuensi yang diambil, dia mengerti tanggungjawab itu seperti apa.
7. Memilih merantau bukannya tanpa pertimbangan, itulah alasan kenapa meraka pandai mengambil keputusan.
Sebenarnya pengalaman dan kelebihan dari pasangan, bisa juga dimiliki oleh semua pasangan yang lain, dikarenakan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya bisa dari tingkat pendidikan dan Organisasi.
Sebenarnya awal memulai dan untuk menunjang keberlanjutan sebuah pasangan, semuanya kembali lagi pada diri sendiri seberapa ikhtiar masing-masing orang dan ketetapan yang Tuhan berikan.
Tulisan ini, penulis terinspirasi dalam mengamati beberapa kehidupan pasangan keluarga perantau, suatu perilaku sosial yang cukup menarik dan dapat diambil hikmatnya.
Adapun masukan dari penulis, kalau pun pada akhirnya bertemu jodoh di perantauan haruslah disikapi dengan baik. Sukses di perantauan demi meraih cita-cita. Pulanglah dengan bekal ilmu, amal dan pengalaman yang banyak. (*)