Menengok Covid dan Fitri di TSI, Begini Keseruannya ..

0
30
SEHAT : Gajah dirawat dengan baik di TSI.                      (foto : Sofyansyah)

BOGOR – RADAR BOGOR, Ada Covid yang tiba-tiba muncul di Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor. Tapi bukan virus yang sedang mewabah saat ini. Melainkan nama bayi dari salah satu satwa penghuni TSI.

Seekor bayi gajah mungil bersembunyi di belakang induknya. Sang induk terlihat agresif mengambil makanan yang ditawarkan pengunjung.

Ia menjulurkan belalainya dari dalam kandang yang hanya berjarak sekitar dua meter. Dalam sekejap melahap wortel yang diarahkan kepadanya.

Suasana itu terlihat di dalam area bangsal Animal Hospital area TSI. Satwa dengan nama latin Elephas Maximus Sumatranus tersebut terlihat sehat.

Itulah Nani induk gajah dan anaknya Covid yang lahir saat pandemi. Covid yang baru berusia sebulan, tampak “malu-malu” untuk mengambil makanannya sendiri. Masih lebih banyak menyusu kepada ibunya.

Owner dan Direktur Taman Safari, Jansen Manansang, mengimbuh penamaan Covid berasal dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya.

Itu lantaran satwa tersebut melahirkan saat wabah Covid-19 masih terjadi di Indonesia. “Waktu kami laporkan gajah melahirkan diberi nama oleh Bu Menteri,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Covid tak sendiri menyandang nama unik itu. Ada juga satwa lainnya dari jenis orang utan yang melahirkan di masa pandemi. Kelahirannya bertepatan dengan hari raya Idulfitri. Bayi satwa itu pun diberi nama Fitri.

Usia Fitri belum genap sebulan. Ia masih harus digendong ibunya kesana-kemari. Saat disambangi Bang HS TV, ia masih menghangatkan diri dalam pelukan sang ibu.

Tak peduli dibawa memanjat bangsal atau duduk sekadar menanti jam makan. Mereka juga terlihat sehat, tak tahu jika ada wabah berbahaya yang sedang mengintai manusia di luar sana.

Jansen menjelaskan, pandemi yang melanda secara nasional tidak begitu banyak mempengaruhi satwa yang ada di TSI. Mereka tetap diberi makan seperti biasa. Beraktivitas di habitatnya masing-masing. Berkembang biak tanpa khawatir tertular.

Sedari awal, kata Jansen, pihaknya sudah mengantisipasi stok pakan untuk para satwa. Pihaknya melakukan pengiritan belanja hingga 40 persen.

TSI juga memanfaatkan pakan dari hasil lahan sendiri dan milik warga sekitar, berupa daun-daunan dan pohon. “Pandemi ini tidak kita sangka bakal sangat lama.

Tetapi, syukur dan puji Tuhan ternyata tidak banyak pengaruhnya. Karena kami telah merawat satwa berdasarkan pegangan yang ada,” ucap dia.

Lahan TSI seluas 260 hektare memang cukup menolong para satwa dalam menjalani kehidupan di masa pandemi. Meski kunjungan wisatawan turun derastis, namun makanan tetap tersedia secara alami.

Bukan hanya rumput, daun-daun dari pepohonan pun tersedia begitu saja. Sekitar 300 spesies hewan di TSI juga bisa menjalani kehidupan seperti biasanya.

Tak ada masalah soal pakan untuk hewan karnivora. Dalam sehari, TSI menghabiskan sekitar 700 kilogram daging per hari. Jumlah itu telah distok jauh-jauh hari sebelum pandemi Covid-19.

Bahkan, daging-daging segar itu didatangkan dari luar negeri untuk menjaga kualitasnya agar satwa tetap sehat dan terhindar dari penyakit. “Malah, karena pandemi melanda seluruh dunia, kita juga dapat diskon untuk impor pakan,” imbuh Jansen.

Setelah cukup lama tutup, TSI kini sedang bersiap-siap buka setelah adanya rencana pemerintah menerapkan new normal atau tatanan hidup baru. Sesuai aturan new normal sejumlah protokol pencegahan Covid-19 akan dilaksanakan ketika TSI buka nanti.

Seperti pengunjung wajib menggunakan masker, sarung tangan dan jaga jarak. TSI diketahui menutup sementara kunjungan wisata sejak 23 Maret 2020 lalu.

“Untuk wisatawan yang akan masuk juga kita bersihkan mobilnya. Kita semprot disinfektan, kita wajibkan penggunaan masker, lalu kita atur untuk safary journeynya,” ungkap Jansen.

Untuk Safary Journey, pengunjung juga harus selalu berada di dalam mobil yang terus berjalan di rute sambil menikmati pemandangan satwa.

Bila pengunjung ingin membeli makanan, pengunjung tidak perlu turun dari kendaraan. TSI bakal menyiapkan sistem drive thru di setiap gerai makanan dan minuman yang ada di area TSI.

“Rencananya kami buat paket-paket makanan yang memudahkan pengunjung memilih menu yang ingin dibeli dan dinikmati,” papar Jansen.

Hal itu juga berlaku bagi souvenir yang akan diganti menggunakan sistem jemput bola. Nantinya, barang-barang souvenir khas TSI akan dipajang per paket.

Untuk Toilet, TSI bakal menyediakan tak jauh dari lokasi parkir sehingga pengunjung tidak perlu berlama-lama berada di luar mobil.

Di bagian lain selain gajah dan orang utan, di sisi area yang berbeda, ada buaya mini yang juga baru lahir dari induknya. Buaya Afrika mini itu hanya ada satu pasang di TSI Bogor. Panjang maksimalnya mencapai rentang 1 meter.

Adapun keseruan mengunjungi TSI Bogor di tengah pandemi Covid-19 juga bisa Anda saksikan di channel Bang HS TV. (mam/cr2/d)