Selama Pandemi Covid-19, Mendikbud Dikabarkan Lebih Banyak di Singapura

0
35
Mendikbud-Nadiem-Makarim
Mendikbud Nadiem Makarim
Mendikbud-Nadiem-Makarim
Mendikbud Nadiem Makarim

JAKARTA-RADAR BOGOR, Selama masa pandemi ini, Mendikbud Nadiem Makarim jarang terlibat dalam kegiatan di Jakarta. Berembus kabar bahwa dalam kurun waktu tersebut, Nadiem lebih sering berada di Singapura.

Ada sejumlah kegiatan formal di lingkungan Kemendikbud yang dia hadiri, tapi secara virtual. Misalnya, pelantikan pejabat eselon I pada 8 Mei lalu.

Pejabat yang dilantik saat itu, antara lain, mantan staf khusus Nadiem, Iwan Syahril, menjadi Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Kemudian, Sekjen Kemendikbud Ainun Naim, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, dan Totok Suprayitno sebagai kepala Balitbang.

Agenda besar lain yang dihadiri Nadiem secara virtual adalah peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020 pada 2 Mei lalu. Sambil mengenakan baju batik biru, Nadiem memimpin peringatan tahunan itu.

Kabar Nadiem sering berada di Singapura kembali mencuat saat beredar foto bukti pembayaran pembuatan paspor atas nama Sierra Franklin Makarim. Nama tersebut adalah anak Nadiem yang lahir pada 22 April lalu.

Bukti pembayaran pembuatan paspor biasa 48 lembar itu diterbitkan KBRI Singapura dengan banderol 35 dolar Singapura. Terkait keberadaan Nadiem yang lebih sering di Singapura, jajaran Kemendikbud tidak banyak berkomentar.

Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemendikbud, Evy Mulyani tidak berkomentar saat dikonfirmasi kemarin. Staf Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi dan Media Muhammad Haikal juga tidak berkomentar.

Sementara itu, Sekjen Kemendikbud Ainun Naim memberikan komentar sedikit saat ditanya tentang keberadaan Nadiem yang sering di Singapura. ’’Kemarin (Senin, 8/6) saya dapat info beliau rapat di Istana Bogor,’’ kata guru besar Universitas Gadjah Mada tersebut.

Ainun mengatakan, untuk detail keberadaan Nadiem setiap harinya, tentu dirinya tidak mengetahui. Namun, dia menegaskan, sepengetahuannya kegiatan di Kemendikbud berjalan normal dan progresnya baik. Saat ditanya apakah dalam kurun Maret hingga April Nadiem lebih sering di Singapura, Ainun mengatakan tidak tahu.

Keberadaan Nadiem yang diduga sering di Singapura itu terjadi di tengah tuntutan yang tinggi terhadap kebijakan Kemendikbud. Sebelumnya sempat beredar tagar Mendikbud dicari mahasiswa di Twitter. Pemicunya adalah tuntutan keringanan SPP atau uang kuliah tunggal (UKT) oleh BEM Seluruh Indonesia (BEM-SI).

Isu krusial lain yang ada di Kemendikbud saat ini adalah panduan new normal untuk dunia pendidikan. Sampai sekarang Kemendikbud belum merilis panduan. Sampai akhirnya sejumlah daerah membuat panduan new normal pendidikan sendiri-sendiri.

Di sisi lain, Ketua MPR Bambang Soesatyo mengungkapkan, pemerintah harus betul-betul berhati-hati jika ingin membuka sekolah. Harus dilakukan kajian mendalam dan teliti sebelum proses pembelajaran tatap muka dilakukan.

Menurut dia, perlu keputusan yang cermat untuk mencegah serangan virus Covid-19 tahap kedua yang berpotensi menyasar anak-anak usia sekolah. ’’Keselamatan dan kesehatan anak-anak harus menjadi prioritas,’’ tegasnya.

Saat ini, kata dia, sudah banyak anak yang terkena korona. Berdasar data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 30 Mei, terdapat 1.851 kasus positif Covid-19 pada usia anak. Hal itu membuktikan pentingnya pemerintah memberikan perlindungan kepada anak secara optimal saat memasuki kenormalan baru.

Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, juga mengimbau orang tua siswa agar membimbing anak-anak dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh serta mencontohkan kepada mereka bagaimana memahami protokol kesehatan di masa transisi menuju new normal.

’’Agar apa yang dibutuhkan anak, seperti kasih sayang, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan, masih tetap dapat mereka rasakan dalam kondisi saat ini,’’ tutur dia.

Politikus Partai Golkar itu menambahkan, jika nanti harus memulai belajar-mengajar secara tatap muka, Kemendikbud harus mengimbau pihak sekolah agar menyiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi persebaran Covid-19 sesuai protokol kesehatan. Langkah itu dilakukan untuk melindungi anak dari virus tersebut karena usia anak sangat rentan tertular Covid-19.(JPC)