BANDUNG’- RADAR BOGOR, Kepala UPT Balai Laboratorium Kesehatan (Labkes) Provinsi Jawa Barat, Emawati mengatakan, sampel dahak tenggorok hidung yang diterima Labkes yang berjumlah 3.156, seluruhnya telah diverifikasi di Bagian Registrasi Sampel.
“Dalam uji usap ini, Labkes Jabar dibantu tim dari Universitas Padjadjaran dan Institut Teknologi Bandung. Khusus Unpad dilengkapi dengan mobile lab yang berhasil menjaring 461 sampel,” kata Erawati, di Labkes Provinsi Jawa Barat, Minggu (21/06/2020)
Menurut Emawati, tim dari ITB dan Unpad merupakan sebagian kecil dari 26 lab satelit yang membantu dalam tes masif baik uji usap maupun rapid tes, dimana saat ini di Jabar total ada 20 laboratorium RTPCR (Real Time PCR) dan enam laboratorium TCM (Tes Cepat Molakular) serta Labkes Jabar sebagai lab induk telah memiliki enam mesin PCR dan tiga mesin ekstraksi. Masih menunggu mesin PCR mobile.
“Semua perangkat lab tersebut sejauh ini telah memeriksa 65.032 tes uji usap. Itu data per 15 Juni 2020, belum termasuk 3.156 sampel baru selesai didiagnosa. Target uji usap di Jabar sendiri mencapai 150.000 dengan sasaran seluruh PDP, ODP, tenaga kesehatan, pemudik domestik dan dari luar negeri, serta dan sasaran lain hasil penyelidikan epidemologi,” jelasnya.
Emawati mengatakan, lab satelit yang tersebar di berbagai daerah memiliki kapasitas pemeriksaan 1.000-2.500 sampel per hari. Namun karena keterbatasan SDM dan kekurangan bahan habis pakai, lab – lab satelit tersebut belum maksimal.
“Kita berharap lab – lab satelit memiliki kemampuan periksa yang rata dan sebesar lab induk sehingga tes masif akan jauh lebih cepat, akurat, efektif, dan efisien sehingga bisa memutus mata rantai Covid-19. Antara lab induk dan lab satelit sudah bekerja sama dengan baik: saling berkoordinasi dan melengkapi segala kekurangan,” ucapnya.
Emawati menyatakan, dari sampel uji usap yang dikumpulkan dapat dilanjutkan ke tingkat genome sequencing, yaitu memeriksa sampel yang sudah positif dengan rate tertentu dan berasal dari klaster- klaster unik.
“Nantinya kita dapat lihat apakah sampel ini berasal dari Asia, Eropa atau tempat lain. Kita juga bisa lihat strain-nya, apakah dia ganas, sedang, atau ringan. Ini semua berguna untuk penentuan diagnosa terapi, serta penyelidikan dan penentuan kebijakan akan jauh lebih akurat,” ujarnya.
Sementara itu, Penanggungjawab Laboratorium Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Ryan B Ristandi mengatakan, sebelumnya sampel uji usap yang datang ke labkes rata – rata 1.000 sampel per hari, namun karena ada Pekan Swab Massal, sampel melonjak hingga melebihi 3.000 dan semuanya sudah diselesaikan.
“Target pekan ini 25.000 tes, jadi pekan ini memang akan ada peningkatan jumlah pemeriksaan baik di lab induk maupun lab jejaring,” katanya.
Menurut Ryan, tenaga pendukung di lab induk ada 70 orang yang bekerja setiap hari dengan sistem sif terdiri dari 20 tenaga administrasi, 30 tenaga ekstraksi, 20 bekerja di bagian PCR, dimana mereka dibutuhkan untuk menyelesaikan ribuan sampel ini.
“Untuk menyelesaikan target 2.500 uji usap pada Pekan Swab Massal, yang dibutuhkan laboratorium adalah kepastian sampel yang datang adalah sampel yang masuk sasaran dan kangan sampai terlalu random karena kita ingin menyelesaikan target – target untuk segera kita periksa,” imbuhnya.
Ryan menambahkan, yang dibutuhkan saat ini adalah kualitas pemeriksaan yang terjaga dengan cara jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan minimal tetap terpenuhi, kemudian bahan habis pakai dan support dari reagent baik ekstraksi maupun PCR yang selalu tersedia.
“Alhamdulillah kami masih didukung oleh Pemda Prov Jabar untuk bahan habis pakai dan reagent tersebut. Kami tinggal memastikan SDM di tiga proses tersebut terpenuhi untuk dapat menyelesiakan pemeriksaan ini,” pungkasnya. (Parno)