BANDUNG–RADAR BOGOR, Pada krisis tahun 1998 kalangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak ikut terdampak secara signifikan bahkan menjadi andalan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Namun pada masa pandemi Covid-19 semua sektor terdampak bahkan kalangan UMKM justru yang paling merasakan dampaknya.
Padahal UMKM memberikan konstribusi sebesar 60% pada pertumbuhan nasional atau PDB secara nasional dan menyerap 90% tenaga kerja. Kondisi yang sama juga terjadi di Jawa Barat (Jabar). Sehingga menjaga UMKM tetap tumbuh dan tangguh pasca pandemi, menjadi tantangan besar bagi semua pihak agar krisis kesehatan tidak merembet pada krisis ekonomi.
Hal ini menjadi bahasan utama pada diskusi webinar yang diselenggarakan Bank Indonesia Perwakilan Jabar pada Rabu(1/7/2020). Hadir dalam diskusi Kepala Perwakilan BI Jabar Herawanto dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang membuka acara. Diskusi dilanjutkan dengan menghadirkan narasumber dari kalangan perbankan, kementerian UMKM, akademisi dan entrepreneur.
“Bank Indonesia akan terus mendorong UMKM untuk memanfaatkan digital. Sebab di adaptasi kebiasan baru (AKB), perilaku konsumen sudah banyak berubah, terutama lebih banyak memanfaatkan digital. Dengan digitalisasi UMKM dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi baru dimasa pandemi ini,” ujar Herawanto.
BI Jabar sendiri memberikan contoh melalui sejumlah UMKM binaan yang saat ini berkembang pesat setelah memanfaatkan teknologi digital. Seperti di Ponpes Al-Ittifaq Ciwidey dan Lembang Agri.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengungkapkan sejak awal Juni 70% usaha ekonomi sudah mulai diperbolehkan agar sektor UMKM kembali bergerak. Namun ia berpesan agar UMKM siap dengan era disrupsi, melalui digitalisasi usaha.
“Yang dekat dengan teknologi informasi akan semakin dimudahkan usahanya mengingat di era AKB pertemuan langsung semakin dibatasi. Saat ini sekitar 17% UMKM di Jabar sudah melek digital. Saya berharap akan semakin banyak lagi,” tegasnya.
Ia menyebutkan sekitar 37 ribu pelaku UMKM di Jabar terdampak pandemi Covid-19. Pemprov Jabar sendiri sudah melalukan berbagai upaya agar UMKM tetap tangguh. Antara lain mempermudah bahan baku, modal kerja, distribusi, memberikan stimulus daya beli dan mendorong peningkatan omset usaha.
“Kami sedang membentuk BLUD sebagai salah satu cara agar UMKM memiliki sumber baru untuk permodalan. Subsidi bunga kredit dari bank bjb juga akan diberikan,” tegasnya.
Gubernur berharap dengan bantuan UMKM maka pertumbuhan ekonomi Jabar hingga akhir tahun 2020 masih tetap positif tidak terpuruk dibawah nol persen. Ia memprediksi pertumbuhan bakal mencapai 2,3%. Cara lainnya adalah dengan mempercepat belanja pemerintah. Misalnya dengan melaksanakan kegiatan proyek padat karya. Pada Juli ini sejumlah proyek padat karya bersumber dana pemerintah akan dimulai.
Data dari lembaga penelitian Unpad Bandung menyebutkan selama Covid-19, 47% UMKM telah berhenti beroperasi. Yang masih bertahan rata-rata mengalami penurunan pendapatan hingga 30%.
Sementara 50% pelaku UMKM terpaksa melakukan PHK terhadap karyawannya, dengan mengurangi pekerja hingga 30%. Sebanyak 81% UMKM dalam waktu empat bulan kedepan akan mengalami kesulitan keuangan jika tidak segera mendapatkan bantuan modal kerja. Jo