Terinspirasi Tren Ungu, Yuk Cicipi Bagelen Ubi Ungu dan Daun Kelor di Bozzfoods

0
34
Tati saat diwawancarai di Bozzcast.
Tati saat diwawancarai di Bozzcast.

BOGOR-RADAR BOGOR, Inovasi bisa melihat dari perkembangan tren yang ada. Hal itulah yang kemudian disambar Tati dalam mengawali produk camilan bagelen.

Ibu rumah tangga itu baru menekuni produk camilan bagelen selama lima tahun terakhir. Meski begitu, ia sudah punya basic atau dasar sebagai pelaku usaha kue basah dan kue kering. Usaha kecil itu dijalaninya sudah 14 tahun lamanya. Setelah ia memutuskan aktif sebagai ibu rumah tangga lantaran kelahiran anak pertamanya.

“Saya memang punya hobi bikin kue. Hobi itu yang saya perdalam dan jadikan juga untuk memberikan pemasukan buat saya,” ungkapnya kepada Bozzcast (Radar Bogor Group), kemarin.

Perempuan beranak dua ini menceritakan, anak bungsunya sangat suka dengan roti. Stok camilan atau makanan ringan roti harus terus tersedia hampir setiap hari. Ia hanya memvariasikan isi maupun topping rotinya untuk menciptakan penganan rumah yang berbeda.

Sayangnya, camilan roti itu hanya bisa bertahan beberapa hari. Ia mesti memutar otak demi membuat jajanan yang bisa bertahan berhari-hari. Pengalaman dan pertemuannya dengan UMKM lain juga memotivasi untuk membuat produk baru selain kue basah dan kering.

“Waktu itu, 2015 kan lagi booming juga warna ungu-unguan ya. Nah itu memberikan inspirasi untuk saya bagaimana membuat makanan yang warnanya lagi tren saat itu. Tapi, kalau saya buat bolu-boluan sepertinya tidak akan bisa bersaing. Makanya saya terpikir dari anak saya yang suka roti. Tinggal dikeringkan,” bebernya.

Warna ungu itu didapatkannya dari bahan dasar ubi ungu. Kandungan warnanya bisa lebih pelat dibanding talas biasa. Roti yang dikeringkan erupa bagelen bisa bertahan sampai tujuh bulan.

Proses produksi, pengemasan, hingga pemasaran dikerjakan secara profesional. Tati sampai merekrut anak muda untuk mengawal bagian marketing. Menurutnya, hal itu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pemikiran mereka juga lebih luwes dalam mengikuti perkembangan teknologi.

“Setelah itu produk ubi ungu itu berkembang dengan pemasarannya juga bagus, baru kita berpikir cari produk lain. Nah, itulah akhirnya muncul bagelen daun kelor,” tandas perempuan yang akhirnya meraih penghargaan UKM Award, 2017 silam ini.

Selain itu, Tati berupaya untuk terus belajar dari siapa saja. Ia tidak ingin membatasi dirinya untuk mengembangkan produk. Menurutnya, pengalaman orang lain juga bisa menjadi jalan untuk menumbuhkan kreativitas.

“Saya juga belajar dari teman-teman yang lain. sebisa mungkin, kita harus mau bergabung di beberapa komunitas atau dinas terkait, baik Dinas Koperasi maupun Pariwisata. Harus punya mental yang kuat juga, karena kan kondisi selalu berubah-ubah. Makanya harus kreatif juga dengan mengetahui kelemahan kita di mana,” pesannya. (mam/c)