Ini Penyebab Tingginya Angka Kasus Covid-19 hingga 8 Ribu dalam Sehari

0
32
Rapid test massal yang diadakan Kecamatan Megamendung, Kamis (19/11) dan Jumat (20/11).
Ilustrasi: Rapid test massal yang diadakan Kecamatan Megamendung, Kamis (19/11) dan Jumat (20/11).

JAKARTA-RADAR BOGOR, Masyarakat terkejut dengan lonjakan kasus Covid-19 sehari mencapai 8.369 kasus. Ternyata angka tersebut merupakan angka kumulatif atau gabungan di sejumlah pemerintah daerah dari tanggal tertentu hingga tanggal saat ini. Sehingga sebagian pemda melaporkan angka yang dirapel atau diakumulasikan, bukan real time harian.

Juru Bicara Kawal COVID-19 Miki Salman mengatakan, pihaknya selalu jeli dan detail mengamati gap atau perbedaan antara data pemerintah dan data pusat belakangan ini. Angka yang tercermin di Kementerian Kesehatan, adalah angka hasil laporan beberapa hari yang lalu.

”Angka yang tercermin di laporan Kemenkes itu bisa jadi adalah angka hasil laporan beberapa hari lalu, angka provinsi beberapa hari sebelumnya. Seperti angka di Jawa Tengah itu menumpuk datanya dan dirapel,” terang Miki kepada JawaPos.com.

Pihaknya mengkritisi Indonesia yang mengklaim sudah menuju teknologi 4.0 tetapi dalam pengolahan dan pengelolaan data masih belum canggih. Data dirapel dalam satu hari.

”Satgas bilang memang hanya publikasi angka yang sudah pasti yang betul-betul dites PCR. Padahal kita tahu guidelines WHO, bukan hanya PCR untuk cara diagnosis Covid-19. Tapi kalau orang sudah jelas-jelas ada gejalanya Covid-19 walaupun masih suspect lalu meninggal dengan protokol Covid-19 semestinya dicatat itu. Kita negara yang ngaku 4.0 semestinya sudah canggih kelola data,” tutur Miki.

”Jateng menumpuk dirapel. Lalu gimana Papua, angka dirapel sekaligus. Fenomena ini terus kami pantau tiap hari belakangan ini,” tabah Miki.

Dalam kicauan tim KawalCOVID19 lain tertulis Hari ini akhirnya data Papua dirapel juga oleh pusat. Yang masih belum dirapel yaitu Jabar (8 ribuan kasus) dan Jateng (13 ribuan kasus).

Artinya masyarakat mungkin masih akan melihat lonjakan angka drastis dalam sehari. Sebab, data yang diumumkan di sejumlah provinsi adalah angka kumulatif atau rapelan. Hal itu terlihat dari selisih data pusat dan daerah yang menunjukkan perbedaan data dari jumlah angka kasus terkonfirmasi, kasus sembuh, dan meninggal.

Sementara itu, dalam konferensi pers virtual, Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, saat ini, pemerintah sedang meningkatkan kecocokan data Covid-19. Berdasar hasil konsolidasi pemerintah daerah dengan Kemenkes, ada beberapa provinsi yang memiliki perbedaan data dengan pusat.

”Contoh Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Papua. Berdasar data Kemenkes, pada Kamis (3/12), terdapat penambahan kasus sangat signifikan, 8.369 kasus. Angka yang sangat tinggi ini salah satunya karena sistem yang belum optimal untuk akomodasi pencatatan, pelaporan, dan validasi data dari provinsi secara real time,” kata Wiku.

Contohnya, kata dia, Papua melaporkan 1.755 kasus. Data itu ternyata merupakan akumulasi penambahan kasus positif sejak 19 November hingga Kamis (3/12).

”Kepada pemda yang masih punya perbedaan data kami imbau konsolidasi data dengan pemerintah pusat dan pemda sesegera mungkin,” terang Wiku.(jpc)