Heboh Obat Covid-19, Ramuan Hadi Pranoto Hingga Kalung Antikorona

0
43
ILUSTRASI. Sepanjang 2020, obat yang diklaim bisa menyembuhkan Covid-19 bermunculan. Tak hanya di dalam negeri, obat herbal juga muncul di luar negeri. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)
ILUSTRASI. Sepanjang 2020, obat yang diklaim bisa menyembuhkan Covid-19 bermunculan. Tak hanya di dalam negeri, obat herbal juga muncul di luar negeri. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Sepanjang 2020 upaya masyarakat untuk memusnahkan Covid-19 dilakukan dengan berbagai cara. Tak hanya para peneliti yang sibuk berjuang menemukan obat dan vaksin Covid-19, tapi sejumlah kalangan masyarakat juga antusias untuk mengembangkan berbagai produk herbal.

Covid-19 membuat orang frustasi harus bertahan di rumah dan membatasi pergerakan di luar. Maka obat herbal yang diklaim bisa menyembuhkan Covid-19 makin banyak bermunculan. Tak hanya di dalam negeri, obat herbal juga muncul di luar negeri. Rangkuman JawaPos.com sepanjang 2020, ada beberapa obat herbal klaim penyembuh Covid-19 yang sempat membuat heboh.

Obat Herbal Hadi Pranoto VS Anji

Sosok Hadi Pranoto sempat menghebohkan media sosial pada YouTube Channel milik musisi Erdian Aji Prihartanto atau Anji dalam wawancara pada 31 Juli 2020. Klaim obat anti Covid-19 yang diceritakan Hadi Pranoto dalam video itu dinilai tak berdasar uji klinis. Latar belakangnya sebagai dokter dan profesor juga tak terdaftar dalam daftar Ikatan Dokter Indonesia atau daftar para ilmuwan di Indonesia.

Hadi Pranoto mengakui bahwa dirinya memang bukan dokter atau profesor. Itu hanya sebutan dari teman-temannya. Hadi mengklaim teman-temannya selama ini kagum atas dirinya sebagai anak bangsa yang bisa menjadi penemu.

“Saya tak pernah declare diri saya seorang dokter atau seorang profesor. Itu kan panggilan kesayangan teman-teman saya karena merasa bangga ada anak bangsa, orang kecil, bisa menemukan suatu herbal yang bermanfaat untuk pengobatan Covid-19,” ujarnya saat itu.

Hadi menilai latar belakang bukanlah hal yang penting dalam menemukan obat Covid-19. Anak bangsa siapapun boleh-boleh saja dan harus didukung. Menurutnya, masalah Covid-19 tak membutuhkan latar belakang seseorang dalam hal penemuan obatnya atau pencegahannya. Sebab yang terpenting adalah berpacu dengan waktu dalam kaitannya dengan kemanusiaan yang harus segera disembuhkan dari Covid-19.

Hadi berani mengklaim sudah menemukan obat Covid-19 yang bisa menyembuhkan dan mencegah. Adalah berupa cairan antibodi yang dibuat dari bahan herbal. Obat tersebut berisi cairan berwarna cokelat di dalam botol, dan belum dilabeli.

Hadi mengklaim obat tersebut sudah terbukti bisa menyembuhkan dan mengobati. Hanya dalam 2 sampai 3 hari, kata dia, pasien Covid-19 bisa berangsur membaik. Dia mengklaim temuannya bisa bermanfaat di masa pandemi sehingga bisa bangkit kembali dalam aktivitas yang normal. Menurut Hadi, obat temuannya adalah kategori obat herbal. Tujuannya bisa meningkatkan imun tubuh.

Misalnya senyawa sirsak, senyawa manggis, dan mengkudu. Klaim Hadi Pranoto saat itu membuat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) angka bicara. IDI meragukan dua hal yakni sosok Hadi Pranoto itu sendiri yang mengaku Profesor atau Ahli Mikrobiologi Klinis, kemudian konten video tersebut dinilai membuat resah dan kebohongan publik. Kasus ini pun sempat bergulir ke ranah hukum di mana Hadi Pranoto sempat dilaporkan ke kepolisian. Lalu Hadi Pranoto juga sempat melaporkan balik bahwa itu adalah pencemaran nama baik.

Kalung Antikorona

Kalung Antikorona sempat membuat heboh publik pada Juli 2020. Kementerian Pertanian sudah sepakat dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bersama perguruan tinggi Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Hasanuddin (Unhas) untuk terus mengembangkan penelitian kalung anti-Korona yang mengandung Eucalyptus. Kandungan tersebut adalah daun sejenis kayu putih yang mengandung senyawa sebagai antibakteri dan antiinflamasi yang berfungsi sebagai inhaler.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjelaskan dukungan IDI tersebut mendorong agar para peneliti dan anak bangsa melanjutkan temuan dengan uji klinis. Tahapan kalung tersebut saat ini masih dalam tahap in Vitro sehingga perlu dilanjutkan. Di satu sisi jika dikaitkan dengan sain temuan ini masih berproses. Berbagai temuan herbal hingga terkair dengan fitofarmaka (obat dari bahan herbal) atau herbal medicine tentu harus diluruskan kepada masyarakat dan harus diapresiasi.

Di dalam kalung antiKorona, ada kandungan Eucalyptus yang diklaim bisa mengusir virus Korona. Eucalyptus adalah daun sejenis kayu putih yang mengandung senyawa sebagai antibakteri dan antiinflamasi. Namun pengujian untuk Covid-19 dinilai masih perlu uji penelitian lebih lanjut.

Di dalamnya terdapat senyawa aktif dan senyawa utama yaitu 1,8-sineol. Senyawa ini memiliki aktivitas anti bakteri dan antiinflamasi. 1,8-sineol dapat menghambat produksi mukus melalui penghambatan cytokin.

Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Prof. Dr. C. A. Nidom, drh., MS menjelaskan Eucalyptus adalah daun sejenis kayu putih namun bukan asli kayu putih. Sebab daun kayu putih sendiri memiliki 900 spesies.

“Mirip kayu putih, kalau daun kayu putih disebut Malela Cajuput. Bedanya, kayu putih batangnya kayak gabus. Tapi kalau Eucalyptus batangnya agak keras,” kata Prof Nidom kepada JawaPos.com saat itu.

Daun Eucalyptus mengandung kandungan senyawa yang disebut Cineol. Cineol adalah senyawa yang banyak dikandung dalam minyak atsiri rempah-rempah salah satunya Eucalyptus.

“Jadi sebetulnya untuk aromaterapi. Saya terus terang bergembira ada lembaga berani yang menyampaikan temuan herbal seperti ini. Sebab selama ini kita selalu pikirannya berpikir ala Barat. Apapun harus pakai obat yang diteliti kandungan sampai detailnya,” jelasnya.

Cineol memang terdapat dalam kandungan berbagai minyak atsiri. Sehingga tak hanya pada Eucalyptus, tetapi Cineol juga terdapat dalam daun kayu putih. Daun Eucalyptus berasal dan tumbuh di tanah Indonesia. Dan umumnya tumbuh di daerah kering dengan curah hujan yang rendah.

“Di Ambon, NTT, Indonesia Timur itu banyak menyediakan botolan berbagai minyak atsiri seperti dari daun Eucalyptus dan kayu putih. Sehingga bisa menjadi alternatif selain obat yang masih diupayakan untuk ditemukan oleh para ahli,” ungkapnya.

Artemisia Annua

Presiden Madagaskar Andry Rajoelina juga sempat membuat heboh dengan temuan tradisional di negaranya. Yaitu tanaman Artemisia Annua.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan kepada masyarakat dunia agar jangan sembarangan menggunakan obat-obatan sendiri untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Dalam laman AsiaOne, WHO menegaskan segala obat harus dipastikan uji klinisnya. Apalagi obat untuk pasien Covid-19 harus diuji efektivitas dan efek sampingnya.

WHO tak menampik bahwa pihaknya mendukung obat tradisional yang telah terbukti secara ilmiah. WHO menambahkan bahwa pengobatan komplementer dan alternatif memiliki banyak manfaat.

Tanaman seperti Artemisia Annua, yang juga dikenal sebagai wormwood manis. Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, mempromosikan penyembuhan berdasarkan tanaman itu. Meskipun campuran herbal ini belum diuji secara ilmiah, pimpinan dari beberapa negara Afrika telah mengumumkan pemesanan atas obat tersebut.

Obat herbal itu dihasilkan dari artemisia, sebuah tanaman dengan khasiat terbukti melawan malaria, dan ramuan asli lainnya, menurut Institut Riset Terapan Malagasi yang mengembangkan minuman tersebut. Tanaman ini pertama kali diimpor ke negara pulau itu pada 1970-an dari Tiongkok untuk mengobati malaria.

Sekarang dipasarkan dalam botol sebagai teh herbal. Sementara Rajoelina mengatakan uji klinis sedang berlangsung di Madagaskar untuk menghasilkan bentuk yang dapat disuntikkan ke dalam tubuh. Namun obat ini tak direkomendasikan WHO.

Antivirus dari Kulit Jeruk, Daun Kelor, dan Jambu Biji

Tim peneliti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) menemukan kandidat antivirus Korona jenis baru dari bahan alam Indonesia. Golongan senyawa tersebut antara lain hesperidin, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin. Semua senyawa itu terkandung dalam jambu biji (daging buah merah muda), kulit jeruk, dan daun kelor.

Penelitian ini didasarkan atas hasil skrining aktivitas terhadap ratusan protein dan ribuan senyawa herbal terkait dengan mekanisme kerja virus, diperoleh beberapa golongan senyawa tersebut berpotensi untuk menghambat dan mencegah virus SARS-CoV-2 (virus Korona). Gabungan peneliti UI dan IPB terdiri atas Departemen Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Klaster Bioinformatics Core Facilities IMERI-FKUI, Klaster Drug Development Research Center IMERI-FKUI, Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI, Rumah Sakit UI (RSUI), Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Trop BRC) IPB dan Departemen Ilmu Komputer IPB.

Gabungan peneliti multidisiplin ini melakukan analisis big data dan machine learning dari basis data HerbalDB yang dikembangkan oleh Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI sejumlah 1.377 senyawa herbal, pemetaan farmakofor dilakukan dengan metode struktur dan ligan, kemudian dikonfirmasi hasilnya menggunakan metode pemodelan molekuler untuk dievaluasi aktivitas antivirusnya. Adapun hasilnya telah disampaikan saat Seminar dan Workshop ‘Eksplorasi Bahan Herbal Kandidat Potensial Antivirus Korona: Analisis Big Data dan In Silico’ yang diadakan tanggal 3-5 Maret 2020 di Fakultas Kedokteran UI.

Meski begitu untuk hasil penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan. Selain itu, tetap mengikuti sesuai dengan arahan dari Kementerian Kesehatan, WHO dan CDC. Tetap rajin cuci tangan dengan sabun, menerapkan etika batuk/bersin, penggunaan masker bagi yang sakit flu/batuk, dan bila mengalami gejala COVID-19 maka dapat mengisolasi diri di rumah atau datang ke RS yang telah ditunjuk Kementerian Kesehatan. (jawapos)