SUKAJAYA-RADAR BOGOR, Pasca bencana banjir bandang dan longsor yang menerjang Kecamatan Cigudeg dan Sukajaya, pasokan elpiji sulit didapat. Untuk memenuhi aktivitas memasak, dapur umum posko pengungsian terpaksa menggantinya dengan kayu bakar.
Ketua Karang Taruna Sukajaya, Azis Sulaeman mengakui kondisi bahan bakar terbilang darurat. Gas elpiji sangat dibutuhkan untuk memasak berbagai bahan makanan yang disediakan untuk para pengungsi.
“Gas sudah sangat darurat. Untuk dapur, biasanya hanya mengandalkan kayu bakar dari masyarakat setempat,” ucapnya ketika ditemui wartawan, kemarin.
Menurut warga di Sukamulih, Supriadi, elpiji 3 kg dipatok dengan harga Rp50 ribu. Kebutuhan bahan bakar itu biasanya akan mengambil patungan warga di tempat pengungsian.
“Ya mau bagaimana lagi. Kita cuma bergantung dari masak-masak warga. Tinggalnya juga bisa sampai 20 orang dalam satu rumah,” tutur pria yang mengungsi di Kampung Gunung Koneng ini.
Sementara itu, Ketua Hiswana Migas DPC Bogor Asep Erry Junaedi mengakui, bencana yang terjadi di Kecamatan Cigudeg dan Sukajaya akan mengganggu proses pendistribusian gas elpiji. Akan tetapi, pihaknya bakal berupaya agar pasokan bahan bakar rumah tangga itu tetap tersalurkan dengan baik.
“Untuk pangkalan seharusnya tetap Rp16 ribu sesuai HET (harga eceran tertinggi, red). Sementara untuk distribusi mungkin ada (kendala), tetapi armada agen berusaha agar gas tetap disalurkan dengan jalan alternarif,” terangnya. (nal/mam/c)