Korban Bencana Butuh Tenda dan Alas Tidur, Baju Layak Pakai Dijadikan Alas

0
90
Baju-Bekas
Tumpukan baju layak pakai yang merupakan bantuan dari relawan untuk warga terdampak bencana dibiarkan berserakan di tanah dan basah. Imam/RadarBogor
Baju-Bekas
Tumpukan baju layak pakai yang merupakan bantuan dari relawan untuk warga terdampak bencana dibiarkan berserakan di tanah dan basah. Imam/RadarBogor

NANGGUNG-RADAR BOGOR, Banyaknya bantuan yang datang kepada warga terdampak bencana alam di Desa Nanggung, Kecamatan Nanggung, tak diimbangi dengan bantuan tenda, atau alas tidur lainnya.

Hal ini menyebabkan, sejumlah bantuan yang mereka terima, khususnya baju layak pakai, dibiarkan berserakan di Lapangan Siranggap, tempat mereka mengungsi, tanpa alas dan juga tenda yang menutupinya.

Curah hujan yang masih tinggi mengguyur tempat mereka mengungsi, membuat baju tersebut basah dan sangat kotor terkena tanah yang menjadi lumpur. Sehingga baju-baju dari para relawan menjadi sia-sia.

Kondisi itu terlihat jelas di posko pengungsian mereka, Senin, (6/1/2020). Ratusan pakaian bertumpuk di atas lapangan. Hampir semuanya basah karena diguyur hujan. Tak satu pun yang hendak diselamatkan para pengungsi. Bahkan, mereka menjadikan beberapa pakaian jadi alas duduk.

Salah seorang warga Kampung Banar, Sambas (50) mengatakan, banyak pakaian yang sengaja dibiarkan menumpuk di atas rumput. Pasalnya, bantuan dari para relawan terus saja berdatangan. Sementara bantuan logistik itu tak diiringi bantuan berupa tenda atau alas tidur lainnya.

“Tidak ada bantuan tenda. Makanya dibiarkan di luar. Gak tau nanti apakah masih bisa dipakai atau tidak. Kita pilih-pilih baju yang ada di dalam saja,” ucapnya saat ditemui Radar Bogor, kemarin (6/1).

Ia juga mengaku, hanya satu tenda paling besar, milik BNPB yang dipakai untuk menampung logistik utama. Sementara untuk tempat beristirahat pengungsi, hanya ada dua tenda kecil. Kondisinya juga semakin menyempit karena disesaki pakaian.

“Kita juga sangat butuh selimut. Kalau malam, ya, tidur saja di sini. Mau di mana lagi. Sebagian memang tidur di rumah keluarga (Desa Nanggung, red). Tapi, lebih banyak di pengungsian, karena tidak tahu mau kemana lagi,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua RT 02 Kampung Banar, Sukardi mengakui, ada sekira 1.200 jiwa warga Kampung Banar yang berteduh di area pengungsian tersebut. Hampir semua warganya tinggal di tenda darurat dan tidur hanya beralaskan tumpukan pakaian.

Kita juga butuh listrik, sekaligus penerangan. Susah air juga. Kalau pakaian-pakaian itu, nanti kita lihat mudah-mudahan masih bisa dipakai karena kondisi sudah basah,” cetusnya. (nal/mam/c)