Tak Punya Pintu Air, Luapan Sungai Cileungsi – Cikeas Masih Mengancam

0
200
Sejumlah warga dan petugas kebersihan mengecek tumpukan bambu di hulu Sungai Cileungsi, dan Cikeas.
Sejumlah warga dan petugas kebersihan mengecek tumpukan bambu di hulu Sungai Cileungsi, dan Cikeas.

GUNUNGPUTRI – RADAR BOGOR, Dua sungai besar yakni Sungai Cileungsi dan Cikeas kerap dijadikan biang keladi penyebab banjir yang terjadi di wilayah sekitarnya.

Air di aliran dua sungai tersebut saat kondisi cuaca ekstrem seperti ini selalu meluap, sehingga tumpah ke permukiman warga.

Komunitas Peduli Sungai Cileungsi – Cikeas (KP2C) menyatakan, meluapnya air dari dua sungai iut akibat ke duanya tak memiliki pintu air atau cek dam, Kamis (9/1/2020).

Ketua KP2C, Puarman menjelaskan, akibat tidak memiliki cek dam di dua sungai tersebut, bencana banjir pun menjadi rutinitas di beberapa wilayah, salah satunya wilayah Kecamatan Gunungputri.

Seharusnya, kata Puarman, pemerintah tidak perlu lagi memikirkan penanggulangan, melainkan pencegahan banjir lah yang seharusnya segera dilakukan di dalam situasi seperti ini.

“Bukan penanggulangan, tapi harus pencegahan banjir sekarang yang dilakukan pemerintah kabupaten. Ini ada dua sungai besar loh Cileungsi dan Cikeas itu satupun tidak ada pintunya,” kata Puarman.

Menurut Puarman,dengan adanya cek dam di dua sungai itu, nantinya akan dapat mengendalikan aliran air sehingga tidak meluap dan berakibat banjir. Sejauh ini, kata dia, informasi yang seringkali diberikan KP2C itu hanya air yang melintas begitu saja, tidak dapat dikendalikan.

Selain pembangunan cek dam tersebut, bagi Puarman, belakangan Bupati Bogor sempat santer dikabarkan akan membangun waduk di hulu Sungai Cileungi. Waduk tersebut, kata dia, di kondisi cuaca seperti ini dirasa sangat pas jika sudah beroperasi.

Sehingga, kata dia, air hujan yang berakibat meluapnya air sungai dapat ditampung dulu di waduk tersebut.

“Harusnya sudah ada sekarang jadi bisa dipastikan tidak akan banjir. Kalau buat waduk di hulu Sungai, begitu air naik debit naik bisa ditampung dulu di waduk.,” ujar Puarman.

Puarman menegaskan, kedua hal tersebut sangat dibutuhkan agar banjir tidak kembali terjadi di wilayah timur kabupaten.

Normalisasi sungai, bagi Puarman perlu dilakukan, sebab kondisi sungai-sungai ini sudah dangkal sehingga daya tampungnya mulai berkurang.

“Sebaiknya sementara dilakukan normalisasi Sungai Cileungsi karena daya tampungnya sudah mulai berkurang,” kata Puarman menyarankan.

Bukan cuma itu, Puarman minilai, saat kondisi cuaca ekstrem seperti ini pemerintah sepertinya memiliki banyak tugas. Salah satunya, imbuh ida, perlunya pembangunan tanggul sheet pile di titik lokasi terdampak banjir.

“Di salah satu lokasi banjir kemarin itu ada tanggul tetapi penginggalan develover dan tidak memiliki fondasi. Selain itu sudah keropos juga dan tidak dapat menahan air jika meluap,” beber Puarman.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Perwakilan Ombudsman RI Jakarta Raya, Teguh P. Nugroho mengatakan, seharusnya ada pengendalian sungai harus dibangun oleh pihak terkait. Termasuk, sambung dia, cek dam jika memang itu diperlukan.

“Ya karena mereka (Balai Besar Wilayah Sungai) sebagai pihak berwenang. Harus ada pengendalian sungai, ini sangat diperlukan” singkat Teguh. (rp1/c)