Direlokasi Sebelum Puasa, Korban Bencana Bogor Dapat Bantuan Rp10-Rp50 Juta

0
246
Pengungsi
Tampak kondisi tenda-tenda warga yang terdampak bencana banjir dan longsor di Bogor Barat.
Pengungsi
Tampak kondisi tenda-tenda warga yang terdampak bencana banjir dan longsor di Bogor Barat.

BOGOR – RADAR BOGOR, Rencana relokasi warga yang terdampak bencana banjir dan longsor di Kecamatan Sukajaya dan Cigudeg, terus dimatangkan Pemkab Bogor.

Jika tidak ada halangan, relokasi akan dilakukan sebelum puasa atau sekitar bulan Maret.

Bupati Bogor, Ade Yasin mengatakan sudah mendapat data lengkap terkait jumlah warga terdampak bencana yang akan direlokasi, begitu juga dengan lokasi.

Saat ini pihaknya menunggu penQAcairan anggaran dan persetujuan dari warga untuk direlokasi.

“Tempat relokasi sudah ada. Kami ingin cepat – cepat dibangun hunian tetap bagi warga. Karena terus terang saja, saya mengejar (bulan) puasa,” ujar Ade Yasin saat ditemui wartawan di Cibinong, Rabu (29/1/2020).

Adapun jumlah warga yang direlokasi mencapai 2.000 kepala keluarga. Mereka akan dipindahkan ke 15 titik relokasi dengan luas 81,7 hektare.

15 titik tersebut antara lain, lima titik di tanah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Cikasungka, Kecamatan Cigudeg, seluas 20,48 hektare.

Delapan titik di tanah perusahaan bukan milik PTPN VIII seluas 59,5 hektare dan dua lokasi di tanah milik warga dengan luas 1,72 hektare.

“Lokasi lahannnya masih di tidak jauh dari Sukajaya karena masyarakat tidak mau jauh jauh, mereka mau bertani,” beber dia.

Sambil menunggu direlokasi, Ade mengaku telah menandatangi Surat Keputusan (SK) terkait data relokasi dan kerusakan terdampak bencana untuk mencairkan dana bantuan berupa uang tunggu yang akan disampaikan ke Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah pusat. Nantinya warga yang terdampak bencana akan mendapatkan bantuan uang tunai.

Yakni bantuan Rp50 juta diberikan untuk korban yang rumahnya rusak berat, Rp25 juta rusak sedang, dan Rp10 juta rusak ringan.

“Sedangkan bagi warga yang menunggu relokasi akan mendapatkan uang tunggu sebesar Rp500 ribu per kepala keluarga,” imbuh dia.

Sementara itu, pantauan Radar Bogor, warga Sukajaya dan Cigudeg yang terdampak bencana masih berada di tempat pengungsian sampai tempat relokasi selesai dan para petugas pun masih diterjunkan di lokasi bencana sampai masa darurat tanggap darurat bencana yang baru akan berakhir hari ini (30/1).

“Untuk di desa Sukaraksa sebanyak 186 rumah dari 200 kepala keluarga masih mengungsi,” beber Camat Cigudeg, Acep Sajidin kepada Radar Bogor.

Acep menambahkan, untuk sementara warga membuat hunian sementara beratap terpal dan mengandalkan bantuan logistik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Adapun jumlah pengungsi di Desa Sukaraksa tersebar di tiga tempat yakni Kampung Tangseng Atas ada 87 kepala keluarga , Tangseng Lebak 59 kepala keluarga dengan 195 Jiwa, dan Manglid 100 kepala keluarga dengan 399 jiwa.

“Selain sembako, kita juga menyuplai makanan pagi dan sore karena ada dua dapur umum,” tuturnya

Ketua Karang Taruna Kecamatan Sukajaya, Ajiz Sulaeman menambahkan, warga yang terdampak bencana masih berada di pengungsian dan tersebar di beberapa desa.

“Pengungsi Harkat Jaya masih ada di gedung sekolah. Sementara pengungsi dari Cileuksa dibuatkan hunian sementara di lapangan depan kantor desa,” tuturnya

Dari data yang dia miliki, masih ada tiga kampung di Desa Cileuksa yang sulit dilalui kendaraan bermotor karena jalan terputus. Yaitu, Kampung Ciear, Ciparempeng, dan Cijairin. Warga terpaksa harus berjalan kaki untuk bisa keluar dari Cileuksa.

Kepala Desa Cileuksa, Ujang menjelaskan, hingga kemarin warga yang berada di tenda darurat membutuhkan sarana air bersih karena sumber mata air tertimbun longsor. “Ada 14 kampung aksesnya jauh dan sulit,” imbuh dia.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil sudah menawarkan dua pilihan bagi warga yang terdampak banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Bogor.

Pertama, warga dapat tetap dapat tinggal di sekitar lokasi semula. Asalkan ada hasil kajian dari ahli geologi yang menyatakan desa tersebut aman untuk dijadikan lokasi hunian. Kedua, warga terdampak direlokasi ke tempat yang telah disiapkan atau bedol desa.

“Jadi, ada dua opsi, tetap di sini tapi harus dicek dulu oleh ahli . Opsi kedua, sebenarnya lebih kami sukai, karena memindahkan tidak terpencar-pencar, langsung semuanya di lokasi yang sama,” ucap Emil-sapaan-akrabnya saat meninjau lokasi bencana longsor di Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.

Emil mengakui, banyak warga yang ingin tetap berada di sekitar hunian semula. Namun, dia menyatakan, keinginan tersebut harus didasarkan hasil kajian ahli geologi.

Emil berharap warga tak kebingungan dalam memutuskan pilihan yang ditawarkan oleh Pemerintah. Sehingga, awal Februari 2020 bisa dilakukan pembangunan tempat relokasi.

Pemerintah, kata Emil juga akan menjamin warga yang direlokasi baik secara hunian maupun mata pencaharian.

“Lalu, bagaimana pekerjaannya? Karena lahannya juga lahan hijau, jadi selain rumah nanti kita bisa sediakan tempat bercocok tanam atau bekerja sama dengan PTPN mengelola tanah pertanian,” tambahnya. (dka/nal/c)