BOGOR-RADAR BOGOR, Rencana revitalisasi Terminal Baranangsiang mulai menemukan titik terang.
Teranyar, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) bakal segera merealisasikan rencana yang sudah digagas tujuh tahun silam tersebut.
Wakil Walikota Bogor, Dedie A Rachim mengaku, pembangunan revitalisasi terminal tipe A tersebut akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Menurutnya, kebijakan baru tersebut berdasarkan hasil pertemuan bersama dengan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) anyar, Polana B. Pramesti.
Menurutnya, berdasarkan hasil Legal Opinion (LO) dari Kejaksaan Agung (Kejagung), pihak kontraktor PT. PGI mendapatkan jatah untuk mengelola Terminal Baranangsiang selama 30 tahun. Untuk memulai pembangunan, pihak kontraktor masih menunggu pembaharuan IMB.
Saat ini, kata dia, pihak pengembang tengah memasuki tahapan konsultasi administrasi dan revisi desain untuk diajukan pembaruan IMB. “Kami siap mendorong pembangunan revitalisasi Baranangsiang,” kata Dedie.
Ia juga menerangkan, dalam rencana pembangunan revitalisasi Terminal Baranangsiang, akan ada revisi DED terkait pengintegrasian Trem, TOD dan LRT.
Sebab, kajian untuk lanjutan pembangunan yang dikerjakan oleh BPTJ sudah rampung dan saat ini tengah diajukan ke Kementerian Perhubungan.
“LRT dan Trem tidak ada di dalam area terminal, tapi di sisi utara Toll Jagorawi dan dihubungkan dengan Sky Bridge,” ujar Dedie.
Terpisah, Kepala Humas BPTJ, Budi Rahardjo menjelaskan, pengintegrasian yang direncanakan BPTJ merupakan sebuah cara untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di Jabodetabek.
Sejak berdiri pada 2016, BPTJ yang memiliki kewenangan koordinatif, telah melakukan berbagai langkah terobosan bersama pemerintah daerah se-Jabodetabek dan stakeholder lainnya untuk mengurai kemacetan.
Namun demikian terjadi peningkatan pergerakan manusia yang luar biasa di wilayah Jabodetabek, sehingga langkah-langkah terobosan yang dilakukan terasa masih belum memadai untuk memecahkan problem kemacetan secara keseluruhan.
Pergerakan manusia di Jabodetabek pada 2015 baru tercatat 47,5 juta pergerakan perhari, namun pada tahun 2018 sudah meningkat drastis menjadi lebih kurang 88 juta pergerakan perhari.
Untuk itu, rencana ke depan untuk membangun transportasi masal telah diamanatkan dalam Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) sampai dengan 2029.(ded/c)