Semarak CGM 2020: Diawali Ritual Sayat Lidah Hingga Sajikan 15 Ribu Porsi Lontong

0
350
Ritual sayat lida mengawali puncak perayaan CGM 2020 di Kota Bogor, Sabtu (8/2/2020).
Ritual sayat lida mengawali puncak perayaan CGM 2020 di Kota Bogor, Sabtu (8/2/2020). Kozer/Radar Bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Seperti tahun-tahun sebelumnya, hari ini Sabtu (8/2/2020) masyarakat Bogor akan menyaksikan semarak Bogor Street Festival Cap Go Meh (CGM) 2020. Puncak acaranya akan berlangsung di Jalan Suryakancana, Kota Bogor pada pukul 15.00 WIB.

Event tahunan itu nantinya akan dilaksanakan mulai dari Vihara Dhanagun, Jalan Suryakancana hingga Jalan Siliwangi. Namun, sebelum acara menutup tahun baru Imlek itu digelar, masyarakat Tionghoa melaksanakan upacara ritual Tangsin atau tolak bala.

Hujan yang mengguyur Kota Bogor sejak sore tak menyurutkan warga Tionghoa bOGOR untuk mendatangi vihara Dhanagun tadi malam. Mereka datang bukan sekadar beribadah namun juga untuk menyaksikan ritual sayat lidah yang dipercaya sebagai penolak bala.

Aksi iris lidah itu satu per satu dilakukan para tangsin (sebutan pelaku iris lidah, red) dengan sebilah pedang. Darah yang keluar dari lidah ditampung dalam wadah kemudian digunakan untuk menuliskan aksara-aksara China di atas kertas kuning. Kertas itu berfungsi sebagai isim atau azimat.

Puncak perayaan CGM 2020 juga dimeriahkan dengan sajian 15 ribu porsi lontong.

Pantauan Radar Bogor, ritual potong lidah ini dimulai sekitar pukul 20.00. Tampak warga keturuna Tionghoa antre bergiliran sesuai shio yang dipanggil. Mereka nantinya akan mendapatkan tulisan bahasa mandarin di tubuhnya dengan tinta darah yang berasal dari ritual potong lidah.

Menurut Bidang Ritual CGM, Dede Tanu Wijaya ritual tangsin bukan hanya bertujuan menolak bala .”Namun juga merupakan salah satu bentuk syukur warga Tionghoa karena diberikan rezeki dari para leluhur,” ujar Dede.

 

Biasanya, ritual ini dilakukan para pendekar dengan cara menyayat lidah mereka menggunakan pedang. Sehingga darahnya menetes dan menjadi media untuk menulis di kertas mantra kuning, “Darah yang bercampur air liur ini dijadikan tinta untuk menulis di kertas mantra, menulis semua permohonan kepada para dewa untuk tolak bara, kelancaran usaha dan rejeki,” beber dia.

Saat ritual dimulai para tangsin dalam kondisi trance (kesurupan). Menurut Dede saat itu para tangsin sedang dirasuki roh para dewa. Mereka menyebutnya ciong tikus, ciong naga, dan ciong ular. Dikatakanya, hal ini untuk menetralisir segala hal yang tak baik. “Kegiatan ini sudah turun temurun dan dilakukan jelang puncak perayaan Cap Go Meh,” tegasnya.

Selain ritual iris lidah warga yang datang di Vihara Dhanagun juga bisa mencicipi lontong Cap Go Meh yang dipersiapkan oleh pengurus vihara . Tak kurang dari 15 ribu porsi disajikan gratis.

(ded/c)