Kota Bogor Jadi Kota Pilot Project Percepatan Penurunan Stunting

0
44
Stunting
Kepala Balitbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Siswanto bersama rombongan saat audiensi dengan Wali Kota Bogor, Bima Arya dan Dinas Kesehatan Kota Bogor di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, Jalan Ir. H. Juanda, Jumat (21/02/2020).
Stunting
Kepala Balitbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Siswanto bersama rombongan saat audiensi dengan Wali Kota Bogor, Bima Arya dan Dinas Kesehatan Kota Bogor di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, Jalan Ir. H. Juanda, Jumat (21/02/2020).

BOGOR-RADAR BOGOR, Kota Bogor kembali menjadi kota pilot project untuk pengembangan Laboratorium Lapangan Percepatan Penurunan Stunting yang diinisiasi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Hal ini disampaikan langsung Kepala Balitbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Siswanto bersama rombongan saat audiensi dengan Wali Kota Bogor, Bima Arya dan Dinas Kesehatan Kota Bogor di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, Jalan Ir. H. Juanda, Jumat (21/02/2020).

“Kami ingin membangun kemitraan dengan Pemerintah Kota Bogor. Ada dua tahapan secara komitmen dengan MoU dan secara operasional yakni laboratoriumnya,” ujar Siswanto.

Siswanto mengatakan, sebelumnya Balitbang Kesehatan sudah melakukan kegiatan studi kohort tumbuh kembang anak di Kecamatan Bogor Tengah. Pihaknya melihat tumbuh kembang sejak dari kehamilan sampai balita. Hasil studi kohort ini menjadi modal untuk mengembangkan laboratorium ini.

“Dari hasil studi kami punya data status gizi balita Kota Bogor 18,3 persen yang artinya 2 dari 10 balita mengalami stunting. Angka ini jauh lebih baik dari angka nasional yang masih 3 dari 10 bayi mengalami stunting,” katanya.

Meski begitu, lanjutnya, angka stunting ini masih harus terus diturunkan mengingat stunting ini menjadi komitmen tertinggi dari Presiden, Bupati/Wali Kota. Hal ini tentu harus didukung di tingkat operasionalnya yakni posyandu. Tak ayal Lab Lapangan ini diharapkan dapat menjadi model operasional penurunan stunting yang mengintegrasikan semua sektor.

“Di Kota Bogor juga kan sudah ada gerakan Taleus (Tanggap Leungitkeun Stunting) di Kota Bogor kita kolaborasikan. Saya yakin bisa jadi kegiatan yang lebih tajam, tepat dan terukur. Dan kalau Kota Bogor berhasil bakal jadi contoh daerah lain,” imbuhnya

Plt. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor  Sri Nowo Retno mengatakan, terkait laboratorium pihaknya belum mengetahui secara detail, hanya saja memang ada kesepahaman Litbang Kemenkes dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tentang percepatan penurunan stunting.

“Jadi kami sinergi untuk kegiatan yang sama atau ada kegiatan baru akan di detailkan lebih lanjut,” ujarnya.

Ia menerangkan, data stunting Kota Bogor pada 2019 berdasarkan data by name by address berada di angka 4,52 persen atau dari 100 ribu bayi sekitar 4,5 ribunya bayi stunting. Angka ini relatif lebih rendah karena Kota Bogor tidak masuk di locus stunting. Pihaknya melakukan intervensi stunting dengan cara spesifik, yakni memberikan layanan kesehatan dari mulai remaja, Calon Pengantin (Catin), Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Bayi dan Balita.

“Kalau fokus di 1000 hari kehidupan terhitung dari mulai hamil walau masih banyak orang yang telat tahunya. Sebaiknya belum hamil atau merencanakan hamil harus makan yang sehat, gizi seimbang, lakukan isi piringku, kalori cukup, jenis beragam dan micronutrient vitamin dan mineral yang ada di sayur dan buah,” jelasnya.

Ia menambahkan, Pemkot Bogor saat ini fokus pada kesehatan ibu hamil sebagai awal terjadinya stunting. Mengingat faktor stunting yang rumit karena tidak hanya faktor kesehatan saja tetapi juga bisa dari faktor ekonomi, lingkungan, pengetahuan ibu memilih makanan dan lainnya. Sehingga diperlukan kepedulian dari semua tidak hanya Pemerintah Kota tapi juga masyarakat juga.

“Harapannya kami lima tahun kedepan bisa menghilangkan stunting atau harus nol dan ini bisa terwujud jika  tidak ada kasus stunting baru,” harapnya. (Prokopim :fla/ismet-SZ)