Awas Teror DBD, Tiga Bulan Sudah 210 Kasus di Kabupaten Bogor

0
207
DBD
Ilustrasi pasien DBD
DBD
Ilustrasi pasien DBD

CIBINONG – RADAR BOGOR, Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), masih menjadi momok di musim peralihan. Pemerintah Kabupaten Bogor, tetap berjaga-jaga mengantisipasi kemungkinan terjadinya endemi yang bisa berpengaruh ke wilayah lainnya.

Meski belum ada korban jiwa, kasus DBD di Kabupaten Bogor masih cukup banyak. Angkanya berada di kisaran 210 kasus dan kejadian. Rata-rata, sekitar dua hingga tiga kasus DBD muncul per harinya.

Sementara itu, sebagian di antara pasien itu juga mendapatkan rujukan hingga ke luar kabupaten, yakni RSUD Kota Bogor. Tercatat, sebanyak 46 orang yang dirujuk.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Intan Widayati menjelaskan, jumlah tersebut masih dalam hitungan tiga bulan pertama tahun ini.

Menurut dia, angka kasusnya mengalami penurunan signifikan. Itu lantaran tahun sebelumnya bisa mencapai 600 kasus hanya dalam rentang tiga bulan pertama.

“Jumlahnya menurun. Ada juga yang meninggal, namun itu ada penyakit yang menyertainya, yakni kelainan pembekuan darah. Jadi, cuma dilihat dari kadar trombositnya saja memang sudah rendah,” jelasnya kepada Radar Bogor, Kamis (12/3).

Penurunan itu, kata Intan, dipengaruhi oleh faktor cuaca dengan kondisi hujan tak henti. Sehingga jentik nyamuk tidak sempat menetas. Tak ketinggalan, sebagian masyarakat dinilainya juga telah sadar dan peduli dengan kebersihan lingkungannya.

Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan menekankan, sosialisasi terkait penyakit itu mesti dilakukan secara menyeluruh. Mereka telah melakukan upaya itu dengan sosialisasi bagaimana hidup bersih, baik keluarga dan lingkungannya.

Salah satunya yang telah rutin dilaksanakan pemkab melalui pembagian bubuk abate untuk mencegah perkembangbiakan jentik nyamuk. Iwan tak menampik, kemungkinan terhadap munculnya penyakit itu di tengah-tengah masyarakat selalu terbuka. Hanya saja, ia berahrap tak sampai mewabah seperti Covid-19 yang juga sedang dalam penanganan global.

Musim peralihan hujan ke kemarau, menurutnya, berpotensi sebagai momen perkembangbiakan nyamuk. Untuk itu, pihaknya terus menggenjot upaya pencegahan sekaligus sosialisasi di tengah masyarakat.

“Saya sih yang namanya penyakit itu (DBD) memang selalu ada. Akan tetapi, jangan sampai endemi. Satu kampung yang terjangkit. (Kalau endemi), berarti ada yang salah. Ada wilayah yang memang tidak bersih,” cetusnya, yang dijumpai di ruangannya, Kamis (12/3).

Untuk itu, ia menginstruksikan agar Puskesmas di semua wilayah mendeteksi tempat-tempat yang tidak memiliki pola hidup bersih. Itu untuk mengantisipasi terjadinya wabah yang menjangkiti masyarakat dalam satu kampung.

“Karena DBD ini muncul di tempat panas dan banyak genangan air yang banyak tempat-tempat tidak bersih. Itulah yang kami perintahkan ke kecamatan-kecamatan untuk menjaganya, termasuk memberikan bubuk abate. Edukasi (mendeteksi tempat-tempat tidak bersih) juga sedang dilaksanakan dalam menghindari wabah yang sifatnya massal,” tandas Iwan. (mam/c)