Tutup Biaya Operasional, PDJT Kota Bogor Gadai Dua Unit Bus

0
110
Bus Transpakuan
Bus Transpakuan
Bus Transpakuan
Bus Transpakuan

BOGOR–RADAR BOGOR, Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor, masih mati suri. Operator bus Trans Pakuan tersebut, hingga kini masih terus mencari cara agar bisa kembali hidup.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PDJT, Agus Suprapto mengatakan, berbagai evaluasi terus dilakukan dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.

Menurut dia, upaya itu untuk menyeimbangkan neraca PDJT. “Sementara dari sisi PMP (Penyertaan Modal Pemerintah) juga sudah tidak mungkin. Makanya, kami terus cari potensi bagaimana untuk tingkatkan pendapatan. Masih banyak tanggungan dan kewajiban yang harus dibayarkan oleh perusahaan,” kata Agus, akhir pekan kemarin.

Saat ini, kata dia, sudah ada beberapa potensi seperti mengoptimalkan kembali unit bus yang ada. Selain itu, advertising dan barang milik daerah berupa shelter.

“Itu kan potensi – potensi yang mungkin bisa diberdayakan. Tapi PR yang utama justru pembenahan secara internal, serta administrasi yang selama ini juga belum baik. Pelaporan keuangannya juga harus segera diaudit, termasuk pajaknya,” jelas dia.

Saat ini, sambung dia, PDJT miliki 42 karyawan dan 16 bus yang masih bertahan hidup. Di sisi lain, semua karyawan tersebut juga masih menjadi tanggungan.

Dari segi gaji, meskipun kerjanya ‘digilir’, namun pemenuhan tersebut harus terpenuhi. “Masih terus bekerja, meskipun dengan kesepahaman mereka, ya tetap digilir,” katanya.

Agus mengakui, pihaknya akan menghidupkan kembali koridor yang sudah ada. Seperti jalur Bubulak – Sholeh Iskandar – Cidangiang. Hal itu, masih dinilai prospektif. “Kalaupun nanti sudah cukup anggaran, bisa jadi mungkin layanan pertama digratiskan. Untuk memancing peminat lagi, ini sudah vacum cukup lama. Harus ada koridor primadona lagi ke depan,” tuturnya.

Fakta lain dari PDJT, sambung dia, sejak perusahaan mulai beroperasi 3 Juni 2007 lalu pada enam bulan pertama sudah mengalami kerugian sebesar Rp700 juta. Hingga akhirnya, kerugian itu terus berlanjut.

Menginjak usia satu tahun, kerugian PDJT tembus Rp2 miliar. Pada 2008, kerugian bertambah menjadi Rp2,5 miliar. Dari akumulasi tahun pertama hingga 2014, total kerugian PDJT mencapai Rp5,73 miliar.

Artinya, sejak perusahaan berdiri sudah ada faktor yang membuat PDJT terus merugi. Bahkan sempat pada 2015 lalu, operator bus Transpakuan itu terpaksa menggadai dua unit bus untuk menutup operasional yang mencapai Rp500 juta per bulan. (dka/c)