Sebagian PO Bus Berhenti Beroperasi, Penumpang Anjlok 90 Persen!

0
464
Harga Tiket Bus
Harga tiket bus antar kota dan provinsi di Terminal Baranangsiang ikut naik pasca kenaikan harga BBM bersubsidi.
Suasana Terminal Baranangsiang

BOGOR-RADAR BOGOR, Imbauan pemerintah untuk diam diri di rumah dan larangan bepergian berpengaruh pada banyak aspek, termasuk transportasi.

Sejak diumumkan kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia, banyak PO bus yang mengalami penurunan jumlah penumpang, khususnya bagi yang beroperasi di wilayah Jabodetabek.

Penurunan jumlah penumpang terjadi kian drastis semenjak digaungkannya kegiatan work from home atau bekerja dari rumah.

Data Terminal Baranangsiang Kota Bogor menunjukkan penurunan penumpang untuk tujuan wilayah Jabodetabek mencapai 90 persen.

Kemudian, penumpang bus antar kota antar provinsi (AKAP) mengalami penurunan sebesar 30 hingga 40 persen. Sementara itu, penumpang bus antar kota dalam provinsi (AKDP) mengalami penurunan hingga 40 persen.

“Bahkan sampai kemarin Kamis, ada beberapa PO yang memang memutuskan untuk menghentikan operasionalnya, di mana penumpangnya enggak ada. Kan memang berbanding, kalau enggak ada penumpang, enggak ada pelayanan tentunya. Untuk saat ini yang khusus Jabodetabek situasinya masih seperti itu, terjadi penurunan drastis parah,” ujar Staf Administrasi Terminal Baranangsiang, Iftah Maulana kepada Radar Bogor, Minggu (29/3/2020).

Iftah menjelaskan, penumpang bus untuk tujuan wilayah Jabodetabek, AKAP, maupun AKDP didominasi mereka yang melakukan keberangatan ke luar Bogor dibanding yang datang ke Bogor. Ia mencontohkan penumpang tujuan Jakarta, yang hanya ada pada hari tertentu, yakni Senin, Selasa dan Rabu.

“Kalau untuk yang trans Jabodetabek ini, khusus daerah Jabodetabek paling banyak itu ke Lebak Bulus, Kampung Rambutan, dan Tanjung Priok. Untuk yang AKAP itu ke Jawa Tengah, kota spesifiknya itu ke Solo, Wonogiri, dan Tegal.

Untuk yang Jawa Timur ini banyak yang ke Bojonegoro, Kediri sampai ke Surabaya. Jawa Tengah urutan pertama, Jawa Timur urutan kedua, urutan ketiga mungkin disusul Padang sama Medan,” terangnya.

Ia mengatakan, banyaknya penumpang dengan tujuan tersebut merupakan hal yang rutin setiap tahun. Meski terkadang banyak juga penumpang yang datang dari Jakarta ke Bogor, tetapi hanya penumpang pulang pergi yang memiliki kegiatan sehari-hari di Jakarta, seperti pegawai.

Sementara itu, akibat berkurangnya jumlah penumpang, Terminal Baranangsiang melakukan pembatasan jam operasional yang semula hingga pukul 20.00 WIB menjadi pukul 17.00 WIB. Penurunan penumpang pun berimbas pada operasional jam keberangkatan pagi yang semula mulai pukul 04.00 WIB menjadi pukul 06.00 WIB.

“Sebelum pemkot melakukan penyesuaian jam pembatasan, kami sudah melakukan penyesuaian. Karena kami sendiri melihat penumpangnya gak ada, jadi percuma di situ nunggu lama-lama sampai jam 8 malam. Mereka (PO bus) pun ngerti gitu, ‘yaudahlah daripada saya nunggu lama gak ada hasil’ gitu, jadi mereka bikin komitmen ‘yaudah lah sampe jam 5 atau 6 (sore) selesai gitu,” ucap Iftah.

Iftah mengaku, terminal akan selalu mengikuti arahan pemerintah lalu membuat strategi pelayanan, bahkan jika ada imbauan lock down. Namun, sampai saat ini Terminal Baranangsiang belum mendapat arahan khusus dari BPTJ untuk memberhentikan pelayanan.

Ia mengungkapkan, Terminal Baranangsiang hanya bisa memaksimalkan pencegahan, seperti memasang hand sanitizer di beberapa titik dam memberikan imbauan bersama Pemkot Bogor.

“Opsi untuk menghentikan pelayanan penutupan terminal ini belum ada sama sekali dari pusat, kami cuma bisa memaksimalkan pencegahan, belum untuk menghentikan pelayanan. Karena memang pembatasan wilayah juga masih beberapa titik, belum sepenuhnya lah,” tukasnya.(cr4/c)