BOGOR – RADAR BOGOR, Para akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) sudah gemas ingin berbuat lebih dalam penanganan wabah Covid-19.
Salah satunya memanfaatkan laboratorium kampus untuk mendeteksi virus corona. Jika tak ada aral, laboratorium khusus itu siap digunakan beberapa hari ke depan.
“Secara prinsip IPB sudah siap. Kami hanya menunggu surat penujukan (tes Covid-19) dari Litbangkes atau Labkesda Jawa Barat. Semoga besok atau lusa suratnya keluar,” ujar Rektor IPB Prof Arif Satria kepada Radar Bogor, tadi malam.
Kehadiran IPB sebagai salah satu tempat menguji spesimen tes Swab, akan memangkas antrean pengujian tes Covid-29 yang kini menumpuk di pemerintah pusat.
Apalagi jika merujuk data Dinas Kesehatan Kota Bogor, hingga Senin (30/3/2020) masih ada 430 orang dalam pemantauan (ODP) dan 29 pasien dalam pengawasan (PDP) di Kota Bogor yang hasil tes coronanya tak kunjung keluar.
“Kami sudah membantu dengan menyumbang APD (alat pelindung diri) untuk tenaga medis. Namun itu akan lebih lengkap jika kami juga bisa mempercepat mengetes orang yang berstatus ODP dan PDP di Kota dan Kabupaten Bogor,” beber Arif.
Dia menjelaskan secara kapasitas, laboratorium IPB bisa memeriksa 15-20 spesimen setiap hari, dengan masa tunggu setiap spesimen 2 x 24 jam atau dua hari. Rentang waktu ini adalah waktu normal.
“Untuk alat kami punya alat yang canggih. Terdiri dari satu tempat untuk ekstrasi dan dua alat untuk uji RNA,” beber dia.
Di tempat terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, sudah meminta bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendorong laboratorium IPB dijadikan sebagai laboratorium penanganan Covid 19.
“Masalah di Bogor adalah terkait dengan kecepatan penanganan laboratorium baik di Litbangkes Kemenkes maupun Labkesda Jabar. Jadi kita sudah menyampaikan permohonan dari Dinkes Jabar kepada menteri untuk mengizinkan laboratorium IPB dipakai sebagai laboratorium penanganan Covid-19,” ujar Dedie usai rapat terbatas (Ratas) dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Senin (30/3/2020).
Dia berharap, kondisi seperti ini segera berakhir agar aktivitas masyarakat dan roda perekonomian bisa berjalan normal kembali. Untuk itu dibutuhkan kerjasama semua pihak.
“Kalau kita memakai ukuran target, targetnya adalah bulan puasa ataupun paling tidak Lebaran, kita bisa Sholat Ied. Itu saja dulu. Sehingga dari titik sekarang sampai Sholat Ied itu harus ada langkah-langkah yang komprehensif dan drastis yang bisa menurunkan tingkat penyebaran. Jadi target kita adalah, kita bisa sholat ied di hari kemenangan. Itu saja,” beber dia.
Selain mendorong laboratorium IPB, Pemkot Bogor juga mulai merampungkan tambahan ruang rawat kompresi negatif untuk isolasi pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di RSUD Kota Bogor.
Sebelumnya, hanya ada empat ruangan menjadi satu lantai dengan daya tampung sampai 73 pasien.
“Kami menyiapkan ruangan rawat inap untuk pasien Covid-19 sampai satu lantai, termasuk peralatannya,” ungkap Dedie.
Sebelumnya, Direktur Utama RSUD Kota Bogor, Ilham Chaidir mengatakan, RSUD menambah ruang rawat isolasi kompresi negatif dari empat ruangan menjadi 10 ruangan untuk menampung pasien positif Covid-19.
“Kami harus berpacu dengan waktu, karena penambahan pasien PDP (pasien dalam pengawasan) dan pasien positif Covid-19 sangat cepat,” katanya. (ded/c)