69 Ribu Warga Miskin Kota Bogor Terdampak Corona, Dinsos Siapkan Dana Rp9 M

0
1204
Ilustrasi Kepadatan Penduduk. Nelvi/Radar Bogor
penduduk
Ilustrasi Kepadatan Penduduk. Nelvi/Radar Bogor

BOGOR – RADAR BOGOR, Seperti yang diketahui, wabah virus corona menyerang paling signifikan pada sektor sosial.

Dinas Sosial (Dinsos) mencatat, ada sekitar 69 ribu warga kurang mampu terdampak wabah Covid-19. Sehingga ke depan, Dinsos berencana untuk menyiapkan anggaran sebesar Rp9 miliar untuk mengganti kebutuhan mereka.

Kepala Dinsos Kota Bogor, Anggraeni Iswara menjelaskan, dari total 69 warga miskin tersebut, separuhnya sudah dilakukan intervensi oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial (Kemensos). Intervensi itu kemudian dilakukan lewat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

“Ada selebihnya sekitar 30 ribu lebih yang akan diintervensi Pemkot Bogor. Juga bantuan dari provinsi. Mereka (warga miskin,red) yang tercatat, akan tetapi ada juga warga miskin baru. Seperti misalnya ada pedagang yang tidak berjualan lagi, nah itu kita dapat laporannya,” terang Anggraeni pada Radar Bogor kemarin.

Artinya, jumlah tersebut masih bisa bertambah hingga pandemik ini mereda. Dinsos, saat ini terus melakukan kordinasi dan pendataan dengan camat dan kelurahan yang ada. Dikhawatirkan, masih ada warga miskim baru yang belum terdeteksi. Sehingga bantuan yang akan disalurkan itu memiliki porsi dan sasaran yang tepat.

Soal anggaran, kata Anggraeni, Rp9 miliar itu muncul setelah hasil hitung – hitungan yang pasti. Dimana anggaran tersebut diusulkan untuk kebutuhan warga miskin tiga bulan ke depan. Atau hingga pandemik Covid-19 mulai surut. “Tapi kita berharap semakin cepat wabah ini berakhir,” sahutnya.

Di sisi lain, pandemik dunia ini diakui Anggraeni memang menyerang sosial dan psikis warga Kota Bogor. Tak sedikit warga Kota Hujan yang masih belum paham tentang Covid-19.

Apalagi perihal status Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan suspect. Di mana hal ini menjadi tanggung jawab besar bagi Dinsos untuk memulihkan stigma tersebut.

“Contoh misalnya ada perawat yang dikucilkan saat pulang ke rumahnya. Atau juga ada warga ODP yang diperlakukan hal sama. Ini kan dampak psikis dan sosial yang harus disikapi. Tentunya dengan peran terus sosialisasi kepada masyarakat,” tutupnya. (dka/c)