Dua RSUD di Bogor Ini Disiapkan Jadi Alternatif Pengujian Tes Swab Covid-19

0
544
Ilustrasi hasil tes COVID-19.
Ilustrasi hasil tes COVID-19.

CIBINONG – RADAR BOGOR, Pemerintah Kabupaten (pemkab) Bogor membidik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong dan RSUD Ciawi sebagai alternatif untuk pengujian diagnosis Covid-19. Setelah sebelumnya menunjuk laboratorium IPB.

Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor Syarifah Sopiah membenarkan, pihaknya telah mengajukan surat kepada IPB.

Tujuannya agar pemeriksaan atau diagnosis pasien yang terjangkit Covid-19 tidak butuh waktu lama. Selama ini, sampel dari tes swab beberapa pasien mesti dikirimkan ke Jakarta. Hasilnya baru bisa ketahuan setelah beberapa hari.

Jika laboratorium IPB bisa dipakai, tentu akan memangkas waktu analisis untuk pasien Covid-19. Pasalnya, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) di Kabupaten Bogor tergolong cukup banyak. Bahkan, sebanyak sembilan pasien telah meninggal dunia sebelum terkonfimasi positif atau negatif Covid-19.

Meski begitu, Syarifah juga ingin memastikan seberapa besar kemampuan laboratorium IPB dalam satu hari. Jika jumlah sampel spesimen terlalu banyak, tentu pemkab Bogor tak bisa memaksakan terlalu jauh. Mereka tetap menggadang-gadang alternatif laboratorium lain di Bandung dan Jakarta.

“Namun kami sedang mencoba meningkatkan kemampuan RSUD Ciawi dan Cibinong untuk bisa mulai menguji spesimen Covid-19, walaupun mungkin dalam jumlah yang tidak banyak. Akan tetapi, ini baru sampai taraf self assesment dulu,” tandasnya kepada Radar Bogor, Minggu (12/4/2020).

Saat ini, lanjut Syarifah, Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat sedang melakukan screening bagi seluruh RS rujukan di Jawa Barat yang memungkinkan untuk melakukan uji Covid-19. Diantara persyaratannya seperti harus memiliki alat PCR, Tes Cepat Molekuler (TCM), hingga Biohazard Safety Cabinet (BSC).

“RSUD Cibinong dan RSUD Ciawi termasuk dalam 174 RSUD rujukan se-Indonesia yang diminta melakukan self assesment. Memungkinkan atau tidaknya (kelengkapan), kami menunggu penilaian dari Dinkes Jabar dan Kemenkes,” bebernya.

Sementara itu, Penanggung jawab laboratorium IPB, Prof Srihadi Agungpriyono yakin usulan ini bisa membantu pemeriksaan sampel yang biasanya harus dibawa ke Bandung atau Jakarta.

“Seperangkat SOP juga telah dikembangkan oleh koordinator keselamatan hayati (biosafety officer) untuk menjamin keselamatan dan keamanan petugas dan lingkungan dari bahan biologis yang ditangani,” pungkasnya. (mam/c)