CISARUA -RADAR BOGOR, Wabah Covid-19 semakin merebak saat ini, namun masih banyak imigran yang menetap bahkan lalu-lalang di wilayah Puncak.
Karenanya, Pemerintah Desa Tugu Utara melalui gugus tugas penanganan Covid-19 gencar mengawasi para imigran tersebut.
“Sebelumnya masih banyak imigran yang beraktivitas di wilayah Tugu Utara yang meresahkan warga, sekarang kami berikan penanganan khusus,” ungkap Kepala Desa Tugu Utara, Asep Mamun kepada Radar Bogor, Rabu (15/4/2020).
Penanganan khusus tersebut, ia melanjutkan, dilakukan melalui RW siaga, pihaknya membatasi pergerakan imigran tersebut dengan memberikan imbauan untuk berdiam diri di tempat tinggalnya hingga musibah Covid-19 ini berakhir.
Menurutnya, di RW 3 dan RW 5 Desa Tugu Utara menjadi wilayah paling banyak dihuni oleh para imigran yang kebanyakan berasal dari negara konflik seperti Pakistan, Irak hingga Afganistan.
“Nantinya diberikan surat imbauan yang sudah diterjemahkan ke bahasa mereka agar mudah dimengerti, dan diawasi oleh Satgas di tingkat RT yang sudah di SK kan,” jelasnya.
Namun, pihaknya mengaku memiliki kendala di anggaran mengingat Dana Desa yang seharusnya dapat dialokasikan untuk penanganan Covid-19 belum juga cair hingga saat ini.
Selama ini, pihaknya hanya mengandalkan swadaya masyarakat untuk pencegahan virus dengan menyemprotkam cairan disinfektan dan membagikan masker.
Nantinya, bila sudah tersedia anggaran, pihaknya bakal rutin melakukan pemeriksaan kepada warga khususnya para imigran yang saat ini berjumlah kurang lebih 100 orang.
“Kamu akan rutin lakukan pemeriksaan kesehatan kepada para imigran yang memiliki potensi rawan tertulat virus,” tukasnya
Sebelumnya, Muspika Tamansari pun melakukan antisipasi dengan memeriksa warga negara asing (WNA) asal Srilanka di Kampung Cimanglid, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari yang membuat resah warga setempat, akhir Maret lalu.
Pemeriksaan didasari laporan dari warga yang merasa khawatir atas kehadiran WNA. Saat diperiksa, WNA tersebut hanya mengantongi visa wisata. Menurut informasi, mereka datang ke Indonesia dan mulai menempati kontrakan sejak November 2019.
Menurut Bidan Desa Sirnagalih Sani, hasil dari pemeriksaan, kesembilan WNA tersebut dalam keadaan sehat.
“Setelah diperiksa suhu tubuh, normal semua, tetapi tetap kami pantau selama 14 hari,” ungkapnya.
Sani menjelaskan, sebelumnya para WNA tersebut pernah pergi ke wilayah Cisarua dan Ciomas selama tiga hari terakhir. “14 hari kemudian kami periksa ulang,” tandasnya. (cr2/c)