CIBINONG-RADAR BOGOR, Tak banyak orang mau habis-habisan mengorbankan hartanya demi membantu warga yang tengah dilanda kesusahaan akibat pandemi Covid-19. Apalagi, pemerintah pun dinilai lambat membantu warganya.
Merasa prihatin, warga di Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, berinisiatif membagikan beras secara swadaya. Uniknya, sebagian besar dana itu ditalangi dari celengan-celengan warga yang dikumpulkan bersama-sama. Aksi mereka ini patut jadi panutan atau contoh.
Salah satunya Mardiyah. Dia rela membuka celengannya. Ia dibantu ayahnya menghitung lembaran uang receh yang tercecer di lantai ruang tamu. Uang-uang itu berserakan diantara berbagai jenis celengan plastik.
Lucu. Berwarna-warni, seperti yang selama ini didambakan anak-anak yang menabung uang jajannya. Akan tetapi, beberapa celengan itu bukanlah milik anak-anak beranjak remaja. Tabungan “tempo dulu” itu justru berasal dari ibu-ibu anggota Majlis Taklim Amanatun Nururohmah.
Mereka memang punya kebiasaan menyisihkan uang receh dalam celengan seperti itu. Setelah genap setahun, celengan itu dibuka secara bersamaan. Ada sekira 50 dari 100 celengan yang disetorkan kembali untuk dibongkar isinya.
“Buka celengannya setiap menjelang bulan Ramadan. Uang yang terkumpul biasanya untuk sedekah ke anak-anak yatim dan duafa. Kebiasaan seperti ini sudah bertahun-tahun kita lakukan,” terang Mardiyah, saat dijumpai di kediamannya, Kamis (7/5).
Hanya saja, kondisi kali ini bakal sangat berbeda. Uang celengan itu akan dialihkan untuk membantu warga yang terdampak Covid-19 di RT 07 Kelurahan Pabuaran. Totalnya, sekira Rp4,7 juta terkumpul dari celengan-celengan plastik itu.
“Uang ini kami manfaatkan saja jadi tambahan bantuan kepada warga. Apalagi sampai sekarang kan bantuan dari pemerintah belum turun. Kita sudah bosan menunggu janji-janji bansos itu. Kasihan warga yang terdampak, apalagi yang sudah tidak punya kerja,” ungkap perempuan yang juga Ketua Majelis Taklim ini.
Mereka kadung kesal, dengan bantuan yang tak kunjung turun. Sebanyak 188 kepala keluarga (KK) berhak mendapatkan bantuan sembako. Jumlah itu, memang berasal dari data warga yang seharusnya mendapatkan bansos dari pemerintah. Para pengurus RT memang telah sepakat menyalurkan bantuan sosial (bansos) secara swadaya saja.
Targetnya, bisa mengumpulkan dana hingga Rp15 juta. Kekurangan dana bakal diupayakan dari sumbangan lain. Salah satunya dari tambahan kas RT. Selain itu, Mardiyah tak menyangka ada banyak donatur yang bahu-membahu memberikan sumbangan. Tak peduli hanya selembaran uang berwarna merah hati, hijau, atau biru. Bahkan, diantara mereka ada anak remaja yang rela menyetorkan uangnya Rp1 juta.
“Pengadaan beras dan bahan sembako lainnya kita cicil sambil mencukupkan dananya. Karena rencananya, kita akan bagikan sembako hari Selasa (12/5) atau Rabu (13/5) mendatang. InsyaAllah cukup dananya. Kalaupun nanti kurang, kita sesuaikan saja biar semua warga terdampak tetap bisa menikmati bantuan beras-beras ini,” ucap perempuan yang juga pengurus RT ini.
Di rumahnya, beberapa karung beras telah menumpuk rapi. Beras-beras itulah yang akan disortir menjadi paket sembako yang akan diangsurkan kepada warga. Selain beras, ada pula mi instan, telur, dan minyak goreng. Mekanismenya dengan memanggil masing-masing warga yang berhak mendapatkan bantuan paket sembako itu.
“Kalau dibagikan langsung ke rumah warga, takutnya mereka ngira itu bantuan dari pemerintah. Padahal bukan. Itu dananya dari swadaya warga sendiri. Jadi, nanti kita jelasin ke mereka kalau ambil sembakonya, biar tidak salah paham,” kuncinya.
Inisiatif sederhana itu, sekaligus menjadi oase di tengah pandemi Covid-19 di Kabupaten Bogor. Tak banyak kelompok yang bisa berbuat hal serupa. Meski hanya dalam taraf lingkungan RT, namun bisa memberikan impact yang besar bagi warga-warga yang terdampak Covid-19. Tanpa perlu menunggu bansos dari pemerintah yang belum terlihat hilalnya. (mam/c)