BOGOR-RADAR BOGOR, Banyaknya pemudik dari zona merah Covid-19 yang masuk Bogor, harus diantisipasi pemerintah Kota dan Kabupaten Bogor. Pasalnya, kedatangan para pemudik ini akan mempermudah penyebaran virus corona ke daerah-daerah.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim menjelaskan, jika merujuk data sebaran mudik yang dikeluarkan Pemprov Jabar, disinilah peran RW Siaga Corona dalam mengontrol keluar masuk orang dari luar.
“Tipikal Jabodetabek sebagai area pandemi sebetulnya memiliki tingkat resiko yang sama. Tinggal bagaimana kesadaran untuk melakukan isolasi mandiri sesuai protokol Covid-19. Tentunya hal ini untuk melindungi keluarga yang dicintai sebelum berinteraksi lebih jauh,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin.
Saat ini kata dia, penyekatan bagi pemudik sudah berlangsung. Chek point pengamanan mudik juga sudah berjalan dan terkoordinasi dengan pos pantau mudik antar daerah. “Prakteknya sudah berjalan sesuai instruksi bertingkat dari pusat sampai daerah,” katanya.
Ketegasan petugas juga terbukti dengan memerintahkan pemudik untuk memutar balik, sehingga tidak masuk ke Kota Bogor. Berdasarkan data dari kepolisian, data kendaraan yang diputar arahkan hingga Senin (18/5), terdapat 68 kendaraan yang dipaksa putar balik. Rinciannya kendaraan roda dua sebanyak 24 unit, roda empat 35 unit, bus/umum sembilan unit.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, Eko Prabowo mengatakan kepadatan arus lalu lintas jelang Lebaran hampir terjadi dipelbagai daerah tak hanya di Kota Bogor. Mantan Kasatpol PP Kota Bogor itu juga menyebut kondisi serupa terjadi di DKI Jakarta. “Di Jakarta juga macet, tapi nanti untuk mengurainya akan ada pengalihan arus,” ucapnya.
Rekayasa lalu lintas sebenarnya sudah diterapkan di pusat keramaian seperti di Jalan Suryakancana yang kerap menimbulkan kemacetan, sehingga harus ditutup sementara dan dibuka kembali untuk mengatasi kemacetan. Eko memersilahkan warga untuk mudik tetapi khusus mudik lokal Jabodetabek. “Sebaliknya jika berasal dari Kota Cianjur dan Sukabumi tidak diperkenankan,” imbuh dia.
Sementara, Kabid Lalu Lintas pada Dishub Kota Bogor, Dody Wahyudin optimis dapat menghalau pemudik yang menggunakan jalur tikus, ada beberapa titik yang menjadi perhatian khusus, dan sudah berkoordinasi dengan aparat dari wilayah, karena kemampuan petugas yang terbatas,
“Dari arah Sukabumi ada dua titik, masuk melalui Jalur Rancanmaya atau gang Rulita. Tetapi di titik lain tidak signifikan, hanya itu yang menjadi perhatian kami,” ucapnya.
Ia menerangkan, sistem buka tutup jalur sudah dilakukan di sejumlah wilayah sejak akhir pekan lalu dan akan terus dilakukan sampai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap III di Kota Bogor selesai.
“Kami melakukan penutupan jalan tergantung situasi dan kondisi di jalanan. Kalau sekiranya sudah mulai mengekor, maka kami tutup. Hal ini kami lakukan sampai nanti pelaksanaan PSBB selesai di Kota Bogor,” ungkapnya.
Terpisah, Bupati Bogor Ade Yasin menegaskan, sedari awal dia telah mewanti-wanti kepada masyarakat agar tak melakukan mudik. Tak peduli jika mudik itu hanya berlangsung antar wilayah di kecamatan.
Pasalnya, mudik antar zona merah dan hijau sangat riskan memunculkan kasus-kasus positif yang baru. Lonjakan itu akan mempengaruhi fluktuasi kasus baru di Kabupaten Bogor.
“Kami harap pemerintah juga secara keras melarang mudik. Karena persebaran juga cukup besar dari pergerakan mudik itu, apalagi dari daerah episentrum,” bebernya, di hadapan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Bogor, Selasa (19/5).
Menurutnya, bahaya mudik antar zona sama dengan kunjungan dari episentrum Jakarta. Mereka jauh lebih sulit terpantau, lantaran bukan sebagai pemudik, namun tetap melakukan ritual mudik antar kecamatan. “Mereka (masyarakat) kan bukan pemudik, karena mereka bukan pengunjung (dari luar kabupaten). Makanya saya bilang untuk tahan dulu mudiknya,” tegas dia.
Tentu saja, pihaknya telah melakukan penjagaan di sejumlah check point. Pemkab masih mengandalkan check point sesuai dengan aturan PSBB yang telah berjalan hingga tahap ketiga. Meski begitu, penyekatan itu ternyata tak cukup mampu membatasi arus mudik yang memasuki berbagai celah atau jalur tikus di perbatasan kabupaten.
“Walaupun kami sudah melakukan penjagaan secara ketat, tetapi masih saja ada yang lolos. Makanya kami minta pemerintah untuk pengetatan mudik,” imbuhnya. (mam/ded/cr4/d)