Penumpang di Stasiun Bogor Membludak, Bima Arya Tegur PT KAI

0
33
Suasana antrian penumpang di Stasiun Bogor, Senin (8/6/2020) pagi.
Suasana antrian penumpang di Stasiun Bogor, Senin (8/6/2020) pagi.

BOGOR-RADAR BOGOR, Sejak DKI Jakarta menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Transisi, sejumlah perkantoran di daerah Ibu Kota tersebut mulai beroperasi kembali.

Dampaknya, Stasiun Bogor sejak pagi dipadati penumpang yang hendak bekerja ke Jakarta, Senin (8/6/2020).

Informasi yang dihimpun Radar Bogor, penumpukan terjadi sejak pukul 05.00WIB, antrean puncaknya terjadi sekitar 5.30 WIB. Antrean penumpang mengular hingga 2 KM. Petugas Stasiun Bogor tampak mengatur penumpang yang hendak naik KRL.

Antrean panjang ini terjadi sebelum masyarakat masuk ke peron tepatnya di koridor. Masyarakat yang baru datang ke stasiun atau membeli tiket, langsung diminta petugas untuk pergi ke belakang barisan. Agar tidak parah. Antrean ini dibagi 2 baris.

Kondisi itu juga menjadi perhatian Wali Kota Bogor, Bima Arya. Wali Kota dua periode yang datang dengan jajaranya pada pukul 10.00 WIB, tampak menegur keras Direktur Keselamatan dan Keamanan PT KAI (Persero) PT KAI, John Robertho.

Bima tampak marah setelah mendapat banyak laporan warga terkait kondisi Stasiun Bogor yang padat sejak pagi.

“Tadi pagi saya menerima banyak laporan dari warga, ada penumpukan penumpang di stasiun, setelah dicek memang ada penambahan sekitar 10 persen penumpang jika dibandingkan kemarin,” ujar Bima kepada Radar Bogor.

Penumpukan penumpang tersebut, kata dia, adalah efek dibukanya perkantoran di Jakarta jelang menghadapi new normal atau kehidupan dengan tatanan baru.

Bima menambahkan, dengan kembalinya aktivitas perkantoran ada penambahan jumlah penumpang dari Stasiun Bogor.

“Jadi tadi dilaporkan petugas sudah maksimal (pengaturan,red) walaupun jika melihat foto terlihat lebih padat, tetapi sudah semaksimal mungkin diterapkan sosial distansing melalui jaga jarak. Saya besok pagi akan cek lagi di sini,” ujar Bima.

Untuk mengurai kepadatan penumpang di Stasiun Bogor, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) juga melaporkan mengerahkan 11 bus untuk mengangkut penumpang ke Jakarta, meski ia menilai langkah tersebut dirasa tidak akan maksimal.

Dikatakanya, untuk mengurai kepadatan penumpang KRL, kuncinya hanya dua yakni dengan melakukan pengaturan penumpang KRL yang lebih detail agar bisa menerapkan jaga jarak.

“Saya sarankan menambah marka lebih luas dan banyak. Kemudian, menurut saya harus ada kebijakan di Jakarta, terutama dari perkantoran, mereka pasti punya data pekerja dari Bogor dan sekitarnya, sebaiknya ada kebijakan semisal dispensasi supaya pekerja dari Bogor berangkatnya tidak berbarengan,” ucapnya.

Bima menambahkan, Pemprov DKI Jakarta harus mengeluarkan semacam imbauan agar dibuat sistem kerja secara shift.

“Kalau semuanya sama perlakuanya akan seperti ini. Ini baru penambahan 10 persen, bisa dibayangkan minggu depan diberlakukan normal baru, ketika kantor dibuka akan kembali dengan jumlah penumpang 20.000, tidak mungkin diatur dan pasti tidak ada jaga jarak,” ujar dia.

https://youtu.be/uf01SVByza0

Sementara itu, VP Corporate Communication PT Kereta Commuter Line (KCI), Anne Purba sudah memprediksi bakal ada penumpukan penumpang dihari pertama perkantoran di DKI Jakrta buka.

“Pasti akan ada antrean, karena temen-temen melihat, kita tetap berupaya menjaga jarak, kalau misalkan biasanya kita melayani tanpa jaga jarak pasti space yang dibutuhkan pasti lebih banyak,” ucapnya.

Kemudian Anne menambahkan, peningkatan penumpang di Stasiun sekitar 10 hingga 13 persen. Untuk di Bogor saja sampai saat ini sudah naik lagi menjadi 11.000 penumpang.

Artinya petugas sejak pagi mengatur sekitar 11.000 penumpang dengan mengarahkan jaga jarak.

“Perlu kita ketahui ada sebagian pengguna jasa commuter line, yang hari ini naik lagi setelah dua bulan (menerapkan WFH). Artinya dia masih beradaptasi menggunakan protokol kesehatan di stasiun menggunakan KRL,” tukasnya. (ded)