BOGOR – RADAR BOGOR, Para pengguna commuter line masih banyak yang belum disiplin saat menggunakan kereta listrik (KRL) milik PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI).
Apalagi jika melihat empat bulan ini PT. KCI hadapi pandemi Covid-19. Sehingga dengan cara yang sedemikian rupa, PT. KCI mau tak mau harus membuat skema.
Demikian dikatakan VP Corporate Communication PT. KCI, Anne Purba saat ditemui di Stasiun Bogor, Kamis (11/6/2020).
Pihak KCI juga memasang marka baru di areal stasiun maupun di dalam gerbong. Karena sampai saat ini walaupun Pemeritah DKI Jakarta mengizinkan 50 persen transportasi publik, tapi sampai saat ini KRL diizinkan mengangkut 35-40 persen dari volume biasanya
“Jadi ini pasti akan menimbulkan antrian di beberapa stasiun. Tetapi yang perlu kami imbau adalah ketika antri, kita displin untuk jaga jarak. Karena bagaimanapun dalam menghadapi pandemi ini kita butuh disiplin dan kerjasama yang sangat kuat,” kata Anne.
Sehingga, sambung Anne, pihaknya menghargai betul para penumpang yang sudah mengikuti protokol kesehatan dan mematuhi marka yang ada.
Anne menyebut hal itu diupayakan untuk meminimalisir penularan virus corona, karena antrean penumpang pasti terjadi terutama di hari Senin, Jumat dan hari biasa pada jam sibuk.
“Jadi kapasitas angkut kereta dengan jumlah penumpang tidak sebanding dan antrean pasti ada. Jadi marka ini untuk menambah kedisiplinan penumpang,” kata Anne melanjutkan.
Untuk pengetatan pengawasan dan kewaspadaan Covid-19 di dalam area stasiun Bogor, kata Anne, marka kesehatan telah ditambah hingga ke koridor dari tempat parkir menuju ke hall loket stasiun.
Marka tersebut membentang dengan garis petunjuk di sepanjang koridor, dilengkapi dengan garis strip warna merah di lantai.
Anne mengatakan, penambahan marka inipun sebelumnya memang masukan dari pemerintah untuk ketertiban penumpang KRL, agar tidak terjadi lagi penumpang berdesakan.
“Kami pun meminta pemerintah juga bantu kami, salah satunya mengeluarkan kebijakan aturan jam kerja pegawai pengguna KRL,” kata Anne.
Adapun pengetatan dan pengawasan di dalam gerbong KRL, marka dalam bentuk garis yang sudah terpasang sejak empat bulan berjalannya Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) secara bertahap diganti dengan marka dalam bentuk gambar berbentuk jejak sepatu.
Anne berharap dengan dipasangnya marka yang ukurannya lebih besar, para pengguna dapat menjadikan marka itu sebagai referensi untuk posisi dan arah menghadap saat berdiri di dalam kereta.
“Dalam satu gerbong itu ada 74 penumpang, jadi dalam satu kali jalan sekitar 700 orang, tergantung jumlah gerbong karena ada yang 8, 10 dan 12 rangkaian,” kata Anne. (dka/c)