Kehilangan Ratusan Pasien, Klinik Gigi Berusaha Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19

0
41
Pasien sedang melakukan perawatan gigi di KLINIK-Q Medical and Dental Clinic. Klinik di Jalan Tentara Pelajar Cimanggu Kota Bogor
Pasien sedang melakukan perawatan gigi di salah satu klinik di Jalan Tentara Pelajar Cimanggu, Kota Bogor. Sofyansah/Radar Bogor

BOGOR-RADAR BOGOR, Selama Pandemi Covid-19, tak hanya mal, kantor, atau sekolah yang tutup sementara, tapi juga tempat praktik dokter gigi atau layanan kesehatan gigi. Pasalnya, klinik gigi berpusat pada pelayanan daerah mulut yang merupakan salah satu sumber penyebaran virus yang mewabah tersebut.

Salah satu yang terdampak adalah KLINIK-Q Medical and Dental Clinic. Klinik di Jalan Tentara Pelajar Cimanggu Kota Bogor itu, sempat tak membuka layanan bagi pasien selama tiga bulan terakhir.

Drg Iik Yani Hidayati sekaligus pemilik KLINIK-Q Medical and Dental Clinic mengakui pandemi virus corona membuat klinik sekaligus tempat praktiknya tak bisa leluasa menerima pasien seperti kondisi normal.

Perempuan jebolan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran Tahun 1999 ini bercerita banyak soal klinik yang dirintisnya bersama sang adik, di tengah pandemi di Kota Bogor.

Sejak awal mencuat virus dari Wuhan, Cina tersebut pada awal Maret, klinik yang dibuka sejak 2012 itu sempat tak bisa beroperasi, lantaran dokter yang melayani praktik khawatir terpapar virus corona, begitu juga dengan pasien yang biasanya rutin melakukan pemeriksaan pun, enggan memeriksakan giginya.

Namun tak berselang lama, dengan standar operasional prosedur (SOP) dan menekankan protokol kesehatan secara ketat, kliniknya akhirnya membuka praktik kembali tentu dengan penyesuaian ruangan agar tetap bisa steril dan memberikan keamanan bagi pasien yang datang.

“Untuk praktik di rumah pribadi Q Dental Qare, kami off mulai 20 Maret, tetapi untuk klinik di Cimanggu masih berjalan selama pandemic. Ada beberapa pasien emergensi yang saya kerjakan, tapi itu melalui perjanjian saja. Tapi saat ramadan, semua pelayanan libur,” ujar Iik-sapaannya kepada Radar Bogor, saat ditemui di kliniknya, Jumat (12/6).

Itu pun, katanya, hanya untuk tindakan darurat yang perlu segera ditangani. Selebihnya, Iik mengalihkan layanan melalui konsultasi online via WhatsApp.
Pasien biasanya diminta untuk mengirimkan foto gigi atau mulut yang sakit. Lalu, dokter akan memberikan penanganan yang bisa dilakukan di rumah. Keluhan berupa gigi sakit dan gusi bengkak, yang paling banyak diterima selama konsultasi online.

Hal itu dimaksudkan, agar dokter yang praktik termasuk dirinya mengurangi kontak langsung dengan pasien. Karena jika tidak ada situasi darurat, masyarakat diminta tidak ke dokter gigi terlebih dahulu.

“Kami menghindari yang bersifat menghasilkan aerosol, seperti mengebor dan scalling. Begitu juga dengan tindakan cabut gigi, hanya akan dilakukan jika benar-benar mendesak. Jika bisa ditunda, akan ditunda,” katanya.

Karena tenaga medis yang rentan terhadap penularan Covid-19, bukan hanya dokter atau perawat yang bekerja di unit perawatan intensif, tapi juga dokter spesialis mata, serta dokter spesialis THT (telinga hidung tenggorokan), termasuk dokter gigi.

Selama tiga bulan terakhir, lulusan Magister Manajemen Bisnis di SB IPB itu mengaku kehilangan ratusan pasien. Biasanya sebelum pandemi dalam satu bulan jumlah pasien yang datang ke dokter gigi mencapai 200 orang, tetapi saat pandemi hanya empat orang.

“Jika dihitung kehilangan pendapatan, bisa ratusan juta untuk klinik sedangkan untuk yang di rumah sampai puluhan juta. Dampaknya besar, apalagi saya juga memutuskan untuk cuti sementara di rumah sakit,” ucapnya.

Saat ini ia tengah berupaya untuk bangkit, beberapa dokter gigi sejawatnya juga sudah mulai memberanikan diri melayani pasiennya kembali. Apalagi dengan keberadaan wadah PGDI Kota Bogor, yang sangat berperan baik dalam memberikan informasi dan panduan agar pelayanan klinik dokter gigi bisa tetap berjalan di tengah pandemi.

Bahkan dengan SOP yang baru, lanjutnya, sirkulasi udara setiap ruangan praktik harus terbuka, dan tidak boleh full AC secara tertutup, termasuk jendela, serta menyediakan hexos fan.

Dia dan rekan sejawat yang lain itu mengikuti arahan yang tercantum di dalam surat edaran dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), mengenai ‘Pedoman Pelayanan Kedokteran Gigi Selama Pandemi COVID-19’ yang terbit pada 17 Maret 2020.

Selain penggunaan alat pelindung diri (APD) level tiga, pemilik klinik harus juga menjamin sterilisasi ruangan, baik dengan disinfektan juga sinar ultra violet.
Dalam pedoman itu, sebanyak 10 poin tercantum di surat edaran nomor 2776/PB PDGI/III-3/2020.

Salah satu poinnya mengimbau dokter gigi untuk menunda tindakan tanpa keluhan simtomatik, bersifat elektif, perawatan, estetis, dan tindakan dengan menggunakan bur atau scaler atau suction.

Iik mengaku KLINIK-Q Medical and Dental Clinic juga menyediakan google form untuk yang booking dan pasien harus isi. Di dalamnya harus tercantum pertanyaan apakah pernah kontak dengan pasien Covid-19, apakah baru perjalanan ke luar negeri, dan semua pertanyaan harus diisi sejujur-jujurnya.

“Pedoman ini sebenarnya untuk keselamatan bersama, dan menghindari potensi penyebaran virus corona, dengan hazmat, semua harus bisa terlindungi. Jarak antar pasien juga saat ini jedanya 45 menit, ada waktu untuk melakukan sterilisasi,” ucapnya. “Saya berharap pandemi segera berakhir, dan kita siap dengan memulai new normal atau kenormalan baru,” tukasnya.(ded/c)