Banyak Warga Cuek dengan Protokol Kesehatan, Erni Sugiyanti  : Pemda Harus Lebih Preventif

0
33
wisata di kawasan Puncak
Wisatawan memandati kebun teh di kawasan Puncak Bogor.
wisata
Wisatawan memandati kawasan kebun teh di Puncak Bogor.

BOGOR – RADAR BOGOR, Masih banyaknya warga yang belum menjalankan protokol kesehatan di Kabupaten Bogor, menjadi perhatian serius Anggota DPRD Jawa Barat (Jabar), Erni Sugiyanti. Politikus asal PKB ini mengungkapkan, jika terus dibiarkan khawatir akan memunculkan klaster baru penyebaran wabah Covid-19. Terutama, kawasan wisata.

Menurut Erni, kurang ketatnya pengawasan menjadi salah satu penyebab. Tak heran, masyarakat berbondong-bondong berwisata meskipun masih dalam kondisi PSBB Proporsional. Terbukti, salah satunya kawasan Puncak yang menjadi primadona wisata di Bumi Tegar Beriman selalu ramai pengunjung terutama akhir pekan.

Anggota Komisi III DPRD Provinsi Jabar ini mencemaskan, masalah tersebut karena pengunjung kawasan wisata sebagian besar dari luar daerah. “Tetap bisa dibuka (kawasan wisata), dengan catatan tetap menggunakan protokol kesehatan yang tegas untuk mencegah Covid-19,  Disinilah kemudian harusnya pemda (pemerintah daerah) hadir lebih banyak,” terangnya kepada Radar Bogor.

Erni menilai, Pemkab Bogor masih cukup longgar dalam penerapan PSBB. Padahal, seharusnya diperhatikan pula apakah tempat-tempat itu siap menerima wisatawan atau tidak.

“Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini, masyarakat tidak bisa menerima begitu saja. Baik masyarakat, maupun pendatang yang berwisata harus melakukan tindakan preventif. Dengan begitu, kita juga memprotect masyarakat asli di sana,” ungkap perempuan berkerudung tersebut.

Ia menyarankan, pemerintah daerah tegas mengatur keluar-masuknya wisatawan. Mulai dari lalu lintas hingga aturan administratif dengan menyertakan surat keterangan sehat. Tanpa kelengkapan itu, tak diperbolehkan masuk di kawasan wisata. Selain itu, setiap tempat wisata harus membatasi pengunjung hingga 30 persen dari kapasitas aslinya.

“Kita juga ngeri kalau ada klaster baru. Kita tidak tahu asalnya dari mana kalau wisawatan. Apakah dia tergolong ODP atau OTG kan mengerikan,” pungkasnya. (mam/c)