Kedua, adanya ketidakpastian nasib yang dirasakan guru honorer. Ketiga, terdapat banyak keterbatasan yang dihadapi dan menjadi problem semua pihak, seperti sekolah dan guru maupun orang tua dan siswa.
Keempat, adanya kejenuhan yang dirasakan siswa, orang tua dan guru. Faktor-faktor permasalahan tersebut tentu menambah panjang dan lengkap kompleknya permasalahan di dunia pendidikan saat ini.
Ia menjelaskan, pendidikan di masa pandemi ini tidak berjalan efektif berdasarkan keempat faktor tersebut. Maka, nasib pendidikan pun terancam lumpuh, jika permasalahan itu tidak segera diatasi secara seksama.
Untuk itu, dia menyarankan adanya insentif guru honorer selama pandemi, mematuhi protokoler kesehatan, jam tatap muka dikurangi, jumlah siswa maksimal 50 persen per kelas, lakukan sistem sift, mengurangi jam mata pelajaran dan anak difasilitasi buku modul atau lembar kerja siswa.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor, Ridwan Muhibi nenyampaikan, berdasarkan hasil kunjungan turun ke lapangannya, masih banyak didapati gedung sekolah dan sarana penunjang pendidikan yang sangat memprihatinkan dan masih belum bisa mencerminkan pendidikan yang ideal.
Apalagi, sambung dia, di masa pandemi ini semakin memperburuk proses KBM karena sarana penunjangnya tidak memadai, belum lagi banyak proses pembangunan yang terhambat akinat Covid-19.