Ya, ia terpaksa melakukan pinjaman itu demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Termasuk untuk biaya sekolah anak-anaknya. Tapi yang jadi masalah, Tuti tak sanggup mengembalikannya. Sehingga nyaris setiap hari, ‘teror’ tagihan terus datang padanya.
“Saya dicari ke rumah, saya dimaki. Memang salah saya, karena baru pertama kali pinjem kaya begini. Makanya saya mau jual ginjal saya saja, asal hutangnya terbayarkan,” tutur Tuti sambil terisak.
Terpikirkan untuk jual ginjal, kata Tuti, karena sudah tak tahu lagi bagaimana untuk menutupi utangnya itu. Bahkan, niatnya itu sudah ia matangkan dengan menyebarkan flyer di media sosial.
“Berapa saja harganya, yang penting hutang saya lunas. Anak SMP, ada yang SD juga. Suami juga mulai dikejar-kejar orang, belum pulang lagi ke rumah,” sambung dia lagi.
Sehari – hari, Tuti berjualan tisu dan asongan lainnya di lampu merah Jalan Baru. Anak-anaknya juga tak jarang ikut mengamen.
“Lumayan untuk tambah-tambah, apalagi sekarang disuruh beli pulsa untuk belajar. Mereka pengen terus sekolah,” sahutnya sambil menangis lagi.